AYO KITA BERPACU DALAM PRESTASI BERSAMA BEASISWA DATAPRINT , PELOPOR TINTA SEPANJANG MASA

Ayo teman-teman dan kawan kawan semua ikuti PROGRAM SELEKSI BEASISWA ESSAY DATAPRINT PERIODE 2 2013

Ingat Catat Jadwalnya : Periode II : 1 Juli - 31 Desember 2013
Pengumuman Pemenang : 13 Januari 2014

Buruan daftar persyaratannya mudah , berikut yang harus diperhatikan :
Persyaratan Umum:
1.  Pelajar/mahasiswa aktif dari tingkat SMP hingga perguruan tinggi untuk jenjang D3/S1
2.  Terlibat aktif di kegiatan atau organisasi sekolah/perguruan tinggi
3.  Tidak terlibat narkoba atau pernah melakukan tindak kriminal
4.  Tidak sedang menerima beasiswa dari perusahaan lain. Jika saat ini peserta masih menerima beasiswa dari kampus, peserta berhak mengikuti pendaftaran beasiswa dari DataPrint.
Peraturan Lomba :
1.  Mengisi formulir registrasi di tab/kolom pendaftaran
2.  Satu nomor kupon yang terdapat di dalam produk DataPrint, hanya berlaku untuk satu kali registrasi
3.  Pendaftaran tidak dipungut biaya
4.  Isilah formulir dengan sebenar-benarnya.
5. Kolom NAMA, diisi dengan nama lengkap
6. Kolom KODE KUPON, diisi dengan kode yang tertera pada bagian belakang kupon yang ada di dalam produk DataPrint
7. Kolom EMAIL, diisi dengan email aktif yang masih berlaku
8. Kolom NO TELPON, diisi dengan no HP atau no telpon rumah yang masih aktif dan bisa dihubungi
9. Kolom JENJANG PENDIDIKAN, diisi dengan jenjang pendidikan yang sedang ditempuh saat ini. Tuliskan juga nama sekolah/perguruan tinggi di kolom ini.
10. Kolom NAMA PERGURUAN TINGGI/SEKOLAH, diisi dengan nama sekolah/perguruan tinggi tempat kamu menuntut ilmu.
11. Kolom KEGIATAN YANG PERNAH/SEDANG DIIKUTI DAN PRESTASI YANG PERNAH DIRAIH, diisi dengan organisasi yang pernah dan sedang diikuti saat ini serta prestasi yang pernah diraih.
Aktivitas berupa kuliah atau belajar di sekolah, tidak termasuk prestasi.
12. Kolom LAMA MENGGUNAKAN DATAPRINT, diisi dengan waktu penggunaan produk DataPrint
13. Kolom MENGETAHUI INFORMASI BEASISWA, diisi dengan narasumber awal yang memberitahu mengenai program beasiwa pendidikan DataPrint
14. Kolom NILAI RAPORT (BAGI PELAJAR dan MAHASISWA BARU), diisi dengan total nilai secara keseluruhan beserta jumlah mata pelajaran pada semester terakhir. Ingat, kolom ini hanya diisi oleh pelajar atau mahasiswa baru yang belum mempunyai IP.
Contoh: 98 dari 7 mata pelajaran
15. Kolom IPK TERAKHIR (BAGI MAHASIWA), diisi dengan nilai IPK atau jika belum memiliki IPK boleh diisi dengan nilai IP semester terakhir. Tuliskan juga semester yang sedang ditempuh. Ingat, kolom ini hanya diisi oleh mahasiswa, bukan pelajar.
16. Kolom URL BLOG, diisi dengan copy URL blog kamu yang memuat informasi mengenai beasiswa DataPrint. Isi kolom ini jika kamu memiliki blog. Pengisian pada kolom ini akan menambah 2 poin pada penilaian.
17. Kolom ESSAY, diisi dengan karya tulis/essay berisi hasil pemikiran kamu sendiri sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Panjang penulisan minimal 100 kata, maksimal 500 kata. Tema akan berubah setiap periode. Jenis tema akan diumumkan setiap tanggal 1 di periode tersebut.
Dilarang mengcopy paste tulisan orang lain. Jika bermaksud untuk menyadur atau mengutip tulisan orang lain, tuliskan juga sumbernya.
18.  Beasiswa akan dibagi menjadi 2 periode.
19.  Jika gagal di periode pertama, peserta BOLEH mendaftarkan diri di periode selanjutnya.
20.  Penerima beasiswa yang telah mendapat dana beasiswa di satu periode TIDAK DAPAT menjadi penerima beasiswa di periode selanjutnya. 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Strategi Rekonstruktif guna Pengembangan Wisata Sejarah Pabrik Gula berbasis Heritage-Tourism Full Services


Tema : Pengembangan Wisata Sejarah Pabrik Gula

Strategi Rekonstruktif guna Pengembangan Wisata Sejarah  Pabrik Gula berbasis
Heritage-Tourism  Full Services

Gula dan  manis adalah sepasang  kata yang tidak cukup untuk menggambarkan betapa manisnya berwisata di “heritage “ trend baru wisata pabrik gula. Kita tidak mungkin menutup mata melihat perkembangan zaman yang silih berganti dengan life-style yang beragam pula sehingga manusia butuh objek wisata yang extraordinary. Tampaknya sayang melewatkan kesempatan ini. Bangunan-bangunan tua yang menjadi pilar-pilar kokoh peninggalan negeri “kincir angin” selain menawarkan sejuta manis dari produksi gula buat campuran “teh”atau “kopi” manis juga mampu menawarkan paket wisata yang memanjakan mata dan batin.
Bukan hanya sebuah potensi bisnis gula. Sebuah potret cikal wisata bangunan kuno terpapar dari pabrik-pabrik  gula yang sudah berumur ratusan tahun ini. Berikut pabrik gula tersebut yang telah dicanangkan pemerintah sebagai tempat wisata, yang dikelola oleh PTPN X yang sekaligus berpotensi sebagai objek wisata diantaranya : Watoetoelis, Toelangan, Kremboong (ketiga di Sidoarjo), Gempolkrep (Mojokerto), Djombang Baru, Tjoekir (Jombang), Lestari (Nganjuk), Meritjan, Pesantren Baru, Ngadiredjo (Kediri) dan Modjopanggoong (Tulungagung). Mereka adalah tempat-tempat yang cukup menawan. Namun satu hal yang masih mengganjal adalah pengembangan area wisata masih minim. Hal tersebut tentu krusial dilakukan agar menjadi lebih persuasif menjual estetika. Tentunya harapan besar mampu  menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Disini penulis mencoba menggambarkan tentang suatu portofolio ide sederhana (namun) harapannya bisa aplikatif dalam ekspansi pengembangan dan promosi pemasaran yang strategis.
Berikut beberapa langkah strategis  yang potensi dilakukan :
1.     Re-Konstruksi Internal .
Re-Konstruksi internal yakni melakukan kegiatan pembenahan lingkungan sekitar area pabrik gula sehingga lebih kondusif, menciptakan atmosfer “nuansa” Belanda sebagaimana asalnya. Perlu adanya pemeliharaan cagar kuno berupa  benda –benda  peninggalan Belanda seperti kereta api kuno bermesin  ketel uap yang sangat khas. Tulisan karakter huruf yang tampak tua. Hingga kondisi batu bata bangunan yang masih asri seharusnya tetap dipertahankan. Hal ini penting dilakukan mengingat heritage berupa bangunan tua di beberapa daerah di nusantara , hampir semua sudah mengalami pemugaran. Jika memungkinkan bangunan tetap dipertahankan unsur “tua” tapi tetap elegan sebagai pemantik minat frekuensi kunjungan wisatawan.
2.     Re-Konstruksi Eksternal
Adapun maksud dari istilah rekosntruksi eksternal adalah menghijaukan area sekitar pabrik gula. Hijau adalah simbol kehidupan yang tidak terpisah antara masa lampau dan masa sekarang maupun masa depan. Jika perlu direkonstruksi ulang berupa penataan pertanaman landscape agar kembali ke posisi semula di saat bangunan itu pertama kali dibangun (replika ulang).  Nilai tambah dari keberadaan space hijau ini adalah memberi nuansa segar dan kesan hidup. Jenis tanaman yang dipilih pun adalah tanaman-tanaman yang tumbuh pada zaman dekade silam, pada saat negara Belanda masih memduduki bangunan tersebut. Tampaknya pohon beringin menjadi pilihan yang tepat” kesan”mistis “akan menjadi lekat dengan banagunan  tua bersejarah. Hingga tanaman hias masa silam yang sarat makna di masa lampau. Jangan lupa meletakkan ornamen berupa senjata zaman Belanda berupa meriam, yang bisa dipasang disetiap “gate” atau pintu utama masuk pabrik gula. Nuansa semi museum akan  lebih baik mencitrakan objek wisata bersejarah.
3.     One Package, One Site
Selain itu, langkah yang dapat ditempuh adalah gencar mempromosikan situs bangunan pabrik gula yang dibubuhkan pada kemasan gula dengan cara “satu situs bangunan untuk satu kemasan gula dalam berbagai ukuran”= one package one site”. Promosi dengan jalan seperti ini akan menyadarkan konsumen gula bahwa produk yang mereka beli adalah produksi pabrik gula bersejarah. Strategi ini nampaknya akan sukses menghipnotis konsumen untuk setidaknya membaca dan mencoba berkunjung ke situs pabrik gula yang tertera dikemasan. Setidaknya setiap kemasan memiliki 1 dari 11 situs yang ada di jajaran PTPN X. Satu situs tersebut memuat paket wisata dan objek kunjungan bagi calon wisatawan. Hal yang divisualisasikan di kemasan adalah berupa gambar fisik bangunan situs pabrik gula alamat serta rujukan ke domain website Heritage Tourism Company yang dimaksud (berupa e.g http//ptpn-watoetoles.com ), dengan begitu pengunjung akan mudah mengakses ke dunia maya. Harapannya calon pengunjung akan punya inisiatif untuk “searching” sendiri setelah membeli gula berlabel promo wisata.
4.     Uniform Heritage –Guide’n Services
Selain itu hal yang bisa dilakukan dalam promosi situs wisata sejarah pabrik gula ini adalah menciptakan keseragaman pakaian yang mencerminkan kerapian dan pelayanan yang serius. Saran dari penulis adalah memakai “Uniform Heritage” yakni baju seragam berupa kostum ala  negeri Belanda. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat bahwa situs objek wisata yang dikunjungi adalah peninggalan atau warisan arsitektur Belanda sehingga memberi nuansa ke-Eropaan. Pengunjung akan dihipnotis seakan-akan berada di zaman penjajahan Belanda.

5.     Languages dan Properties
Tentunya pengunjung yang akan bertandang tidak hanya wisatawan domestik tetapi juga lintas negara. Oleh karena itu dibutuhkan karyawan yang kredibel dalam menjelaskan seluk beluk bangungan dan sejarahnya. Bahkan lebih baik lagi jika wisatawam mancanegara dipandu oleh karyawan yang khusus menggunakan seragam dan Bahasa Belanda. Merekrut karyawan sebaiknya yang memiliki kemampuan bahasa Indonesia dan Bahasa Belanda serta bahasa-bahasa asing yang mendunia lainnya. Sebaiknya calon karyawan terpilih tersebut lancar berbahasa baik oral maupun tulisan yang akan menambah atmosfer wisata warisan bangunan bersejarah Belanda tersebut. Selain bahasa yang penting adalah properti yang ada diantaranya berupa peta zona spot wisata, poster struktur kepengurusan awal pabrik dibuat(tentu perlu telisik ulang), photo dokumentasi kegiatan produksi gula zaman dahulu di pabrik gula bersangkutan hingga deskripsi alat dan mesin yang beroperasi di pabrik dan informasi penting lainnya .
Demikian tulisan singkat saya semoga bisa menjadi “mapping” sederhana untuk kemajuan Wisata Warisan Peninggalan (Heritage Tourism) khususnya pabrik Gula yang kontributif guna pengembangan pariwasata bangunan di Indonesia yang tidak hanya dikenal dunia tetapi juga internasional.
MAJULAH PARIWISATA INDONESIA, MARILAH KITA BELAJAR PERADABAN DENGAN BERWISATA SEJARAH DI PABRIK GULA!
Ditulis oleh : Muhammad  Aksan, Mahasiswa UMY , 2012
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

SEBUAH ESSAY REKOMENDASI PERUBAHAN SISTEM KKN TERKINI...!!!!


JUDUL
Program Eksklusif One Student One House : Wujud Pengabdian Nyata Mahasiswa KKN terhadap Pemberdayaan Lingkungan Hidup Masyarakat Kumuh Perkotaan

Ditulis oleh :

Muhammad Aksan
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2011


INTISARI

Mahasiswa dan masyarakat adalah dua subyek yang tidak bisa dipisahkan.Sementara itu fenomena lingkungan perumahan kumuh diperkotaan metropolitan menjadi momok tersendiri bagi bangsa dan negara kita. Tentu ini tugas mahasiswa sebagai agent of change (pembawa perubahan) untuk membawa obor social change (perubahan sosial) di tengah masyarakat yang penuh keterbatasan tersebut. Sadar atau tidak , isu degradasi lingkungan salah satunya bersumber dari tidak kondusifnya perikehidupan di daerah kumuh perkotaan. Sementara keberadaan mahasiswa dengan modal intelektualnya sudah selayaknya berperan aktif dan nyata di tengah masyarakat.Faktanya eksistensi daerah kumuh perkotaan belum terjamah secara maksimal sehingga perlu dioptimalisasi. Hal lni dikarenakan program KKN beserta formasinya masih parsial sehingga butuh formasi yang inovatif, edukatif, dan solutif bagi pemberdayaan masyarakat kumuh perkotaan. Niat baik PBB dengan progam Millenium Development Goals (MDGs) untuk pengelolaan lingkungan hidup sudah selayaknya direalisasikan. Salah satu cara yang digagas oleh penulis yakni dengan program eksklusif One Student One House yang memadukan mahasiswa dan masyarakat kumuh perkotaan sebagai bentuk aksi Collective Responsibility (tanggung jawab bersama) dalam pengelolaan lingkungan hidup.

PERUMUSAN MASALAH

Berwacana mengenai isu, permasalahan, dan solusi lingkungan hidup adalah sesuatu yang sakral karena bertautan dengan perikehidupan manusia. Tetapi kenyataan sungguh sangat miris ketika “penopang“kehidupan tersebut dibiarkan terdegradasi. Kerusakan lingkungan hidup menjadi sorotan utama oleh negara di seluruh dunia. Banyak negara maju maupun berkembang mencemaskan kondisi lingkungan yang semakin memburuk dari waktu ke waktu.

Masih segar di ingatan kita tentang isu Global Warming (pemanasan global) yang berhasil menaikkan suhu bumi 0,5˚ C setiap tahunnya dan membuat bumi semakin memanas dan menciptakan Climate Change (perubahan iklim) yang sangat berdampak buruk terhadap keselarasan dan keharmonisan alam. Kondisi pemantik panas ini memusnahkan biodiversitas secara keji dan sistemik. Bahkan baru-baru ini menenggelamkan pulau kecil ; Kepulauan Seribu Pesisir Jakarta akibat naiknya muka air laut karena mencairnya es di kutub utara maupun selatan sehingga mengurangi jumlah dari pulau-pulau di persada Indonesia yang semula berjumlah 13.667 pulau.

Ditambah lagi dengan serangkaian cibiran internasional tentang hutan hujan tropis Indonesia sebagai paru-paru dunia kini mulai terkikis. Seakan-akan negara kita Indonesia sebagai master key untuk keselamatan jagad raya. Penulis dengan lugas menegaskan bahwa kita perlu menelusuri berbagai sumber penyebab“bencana sistemik” itu. Jauh di sudut sana , di tengah keramaian hiruk pikuk gemerlap perkotaan ternyata terdapat “perkampungan kumuh” yang meruapakan salah satu sumber bencana sistemik yang selanjutnya penulis sebut lingkungan perkotaan kumuh.

Secara spasial berbagai kerusakan lingkungan baik yang terjadi di laut, pantai, sungai, perairan rawa, danau, dan di areal pemukiman marak terjadi . Menurut Chafid Fandell (2004) dalam bukunya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Pembangunan menyatakan bahwa pencemaran lingkungan yang semakin berat terjadi di pedesaan dan di perkotaan. Berdasarkan pernyataan tersebut ternyata pengelolaan lingkungan tidak hanya perlu di perkotaan saja tetapi juga di pedesaan. Walaupun begitu permasalahan lingkungan hidup di perkotaan masih menjadi topik wacana yang menghiasi banyak media cetak maupun elektronik. Salah satu fenomena yang cukup disoroti media yakni eksistensi lingkungan kumuh di pinggiran kota yang hampir terdapat di semua kota-kota besar di Indonesia.

Betapa tidak berbagai persoalan yang bervariasi muncul dari kondisi kumuh perkotaan tersebut. Mulai dari persoalan “perut” hingga persoalan “pemikiran”, mereka membutuhkan peran stakeholder yang memang mempunyai wewenang dan tanggung jawab. Lagipula negara kita telah mengaturnya dalam konstitusi secara lugas bahwa fakir miskin dan anak terlantar wajib dipelihara oleh negara. Itu jika kita melihat dari sisi sosial terus bagaimana dengan lingkungannya?. Menjadi pertanyaan yang butuh jawaban dan wajib dijawab oleh kita semua.

Ditambahkan lagi oleh Fandell (2004 bahwa lingkungan hidup merupakan suatu sistem yang sangat komplek dengan salah satu watak yang bersifat dinamis dengan fenomena fisik, biologis dan fenomena sosial. Dari sini dapat ditarik benang merah bahwa faktor sosial sebagai bagian dari sistem lingkungan hidup menjadi penentu kualitas lingkungan hidup itu sendiri. Jika kualitas sosial rendah maka rendah pula kualitas lingkungan hidup di daerah tersebut. Kualitas sosial di wilayah kumuh perkotaan secara umum di bawah rata-rata. Standar kualitas hidup ditinjau dari segala aspek mulai aspek sosial hingga lingkungan hidup juga masih sangat rendah. Oleh karena itu diperlukan suatu cara atau sistem inovatif misalnya pemberdayaaan masyarakat perkotaan kumuh dalam pengelolaan lingkungan hidup mereka.

Dalam konsep pengelolaan lingkungan hidup tentunya dibutuhkan peran sosial serta sistem manajemen yang baik yang saling berkorelasi satu sama lain. Dalam esai ini penulis menggambarkan bagaimana suatu konsep One Student One House mampu mengoptimalkan kinerja mahasiswa KKN dan pemberdayaan masyarakat itu sendiri dalam manajmen pengelolaan lingkungan hidup. Selain itu penulis menjelaskan dan menggambarkan subtansial gagasan untuk diterapkan di lingkungan kumuh perkotaan di tengah isu degradasi lingkungan yang butuh tindakan penyelamatan. Perlu kita tinjau juga bahwa suatu niatan baik dibawah organisasi dunia yakni PBB telah mencanangkan Millenium Development Goals (MDGs) atau Tujuan Pembangunan Millenium yang mengandung 8 (delapan) tujuan/goals yang mana beberapa tujuannya yakni pengentasan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat, peningkatan pembangunan berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kedealapan tujuan tersebut ditargetkan akan tercapai paling lambat tahun 2015. Sudah dipastikan akan banyak sekali program yang dicanangkan untuk mencapai target tersebut. Semoga Program Ekslusif One Student One House salah satunya.

POKOK PEMBAHASAN

Lantas seperti apa yang penulis maksud dengan Program Ekslusif One Student One House? Apakah gagasan ini implementatif dan aplikatif ?

Penulis mencoba merangkai frame gagasan penulis yang coba dideskripsikan dengan penjelasan, pandangan, tinjauan, serta opini sebagai berikut :

A. Mahasiswa Sebagai Agent Of Change

Mahasiswa sebagai agent of change (pembawa perubahan) yang dalam Tri Darma Perguruan Tinggi memegang peranan yang sangat urgen. Salah satu poin penting dalam tri dharma tersebut yakni pengabdian kepada msyarakat secara nyata, setelah melakukan kegiatan pembelajaran (pendidikan) dan penelitian. Ketiga poin penting tersebut telah diwujudkan dalam program Kuliah Kerja Nyata yang dikenal dengan KKN yang lumrahnya dilakukan di tahun terakhir sebelum lulus. Dalam program ini memfokuskan setiap individu mahasiswa berperan aktif dalam segala kegiatan masyarakat baik kegiatan pemerintahan maupun non pemerintahan misalnya organisasi, kelompok atau paguyuban, kelompok tani dan sebagainya. Oleh karena itu mahasiswa yang juga sebagai bagian dari kehidupan sosial harus memberi peran nyata di masyarakat yang terwujud dalam segala hal dan aktifitas bermanfaat bagi masyakarat yang menjadi objek kuliah kerja nyata masing-masing.

Jika mahasiswa adalah agent of change yang dianggap pembawa perubahan yang lebih baik di tengah masyarakat maka perlu penempaan diri secara maksimal. Salah satu cara yang dapat ditempuh dengan menempatkan diri pada posisi yang jauh dari zona nyaman (comfort zone). Zona nyaman adalah kondisi yang tidak memandirikan individu manusia. Mereka (mahasiswa) dituntut untuk lebih kreatif , inovatif, cerdas, tangkas dalam mewakili aspirasi masyarakat secara demokratis. Tentunya perubahan sosial (social change) hanya dapat dicapai dengan personality yang kuat dan tegar, mampu membidik permasalahan secara jitu sehingga solutif disegala medan di tengah masyarakat yang beragam.

B. Eksklusif Program One Student One House

Konsep program eksklusif One Student One House selintas mirip program reality show tv “JIKA AKU MENJADI” yang dipelopori penayangannya oleh channel swasta TRANS TV. Dalam tayangan ini digambarkan bagaimana seorang mahasiswi hidup bersama dengan keluarga selama beberapa hari. Si mahasiswa tersebut mengikuti semua kegiatan si tuan rumah mulai aktifitas yang berat hingga yang ringan. Terkadang banyak peserta yang menyalurkan bakat ataupun jiwa wirausahanya untuk memberdayakan keluarga sementara yang ditempatinya. Di penghujung acara selalu diakhiri dengan perenungan yang mendalam tentang kepedulian terhadap sesama. Terinspirasi dari tayangan ini maka penulis menganggap ini sesuatu yang positif untuk diadopsi. Tayangan ini mengandung nilai kemanusiaan menjadikan mahasiswa lebih toleran, fokus, efektif, kreatif, inovatif terhadap masyarakat bawah (miskin). Metode ini menjadi pioneer tercetusnya ide One Student One House dalam pengelolaan lingkungan hidup di tengah masyarakat yang penuh keterbatasan sumber daya. Program one student one house diharapakn dapat menstimulasi peningkatan kualitas masyarakat kumuh perkotaan dimana masyarakat akan lebih dekat secara psikologis dengan mahasiswa dan terjadi peningkatan kualitas individu masyarakat binaan masing-masing dengan hidup bersama secara eksklusif.

Jika kita melihat konsep KKN yang konvensional, betapa kegiatan ini hanya dijadikan sarana liburan panjang mahasiswa. Penulis memiliki analisa bahwa dengan penempatan mahasiswa secara berkelompok 5-10 orang dalam satu kawasan, hidup dan beraktifitas secara bersama-sama. Aktifitasnya pun dilakukan bersama alias gotong royong. Penulis menilai teknik ini kurang spesifik dan banyak membuang waktu dikarenakan beban kerja kurang. Pola seperti ini penulis rasa perlu untuk dirubah, karena kemampuan soft skill individu menjadi tidak tergali secara maksimal dengan segala variabilitasnya. Alasan yang mendasar adalah setiap individu dewasa apalagi sebagai mahasiswa harus mandiri, setelah itu memandirikan masyarakat, hingga membawa perubahan (change) di tengah masyarakat.

Apalagi jika objek tempat KKN masih pada area yang kondusif dan nyaman tentu tidak memberi kontribusi signifikan terhadap pengembangan kepribadian mahasiswa. Faktanya masih banyak objek lokasi KKN yang kondusif dan sangat nyaman. Oleh karean itu dengan penempatan peserta KKN di daerah yang relatif penuh keterbatasan akan menumbuhkan kemampuan survival dan kreatifitas yang mantap bagi setiap mahasiswa.
Berbeda dengan konsep ide yang dikemukakan oleh penulis dengan hanya menempatkan 1 (satu) mahasiswa saja untuk satu kepala rumah tangga yang selanjutnya disebut One Student One House sehingga lebih eksklusif dan efektif. Prosedur yang dapat ditempuh hampir sama dengan KKN kovensional tetapi lebih eksklusif dan berpotensi meningkatkan kemampuan indisipliner mahasiswa. Seorang mahasiswa akan ditempatkan di satu rumah tertentu di perumahan kumuh perkotaan dan hidup bersama hingga periode KKN berakhir. Mahasiswa tersebut akan mengabdi dengan memanfaatkan segala daya secara maksimal dan akhirnya akan dinilai oleh pihak tuan rumah, masyarakat sekitar, dan pihak lain yang terkait.

Terutama jika berbicara soal pengelolaan lingkungan hidup wilayah kumuh perkotaan adalah tempat yang sangat cocok karena secara umum masih jauh dari standar kualitas lingkungan yang manusiawi. Jumlah perumahan kumuh pun masih sangat tinggi di Indonesia. Berbagai permasalahan di lingkungan kumuh perkotaan masih marak terjadi dan dianggap sumber awal permasalahan misalnya ,pencemaran,demoralisasi, kemiskinan bahkan kriminalitas yang tinggi karena kualitas hidup yang rendah menciptakan tekanan jiwa yang berefek pada rendahnya kualitas hidup masyarakat.Tekanan (pressure) inilah yang penulis rasa perlu untuk dikelola agar tidak menjadi sumber masalah melalui tindakan pengelolaan lingkungan hidup yang kondusif.


C. Potret Masyarakat Kumuh Perkotaan

Sejatinya wilayah tujuan mahasiswa melakukan pengabdian umumnya di daerah pedesaan maupun daerah berpotensi lain yang butuh pengembangan yang masing-masing telah ditentukan oleh perguruan tinggi masing-masing. Salah satu objek yang belum ter-jamah secara maksimal oleh mahasiswa adalah wilayah kumuh perkotaan. Sadar ataupun tidak komunitas perumahan kumuh diperkotaan masih sangat tinggi. Data tahun 2008 perkampungan kumuh menunjukkan angka yang sangat masif, data diambil dari DPU (Dinas Pekerjaan Umum ) Direktorat Pengembangan Pemukiman Subdirektorat Kawasan Metropolitan. Berdasarkan data tersebut dari 12 kota metropolitan seluruh Indonesia menunjukkan angka pemukiman kumuh yang cukup tinggi, kotamadya Makassar misalnya jumlah lokasi pemukiman kumuh yakni 285, Kotamadya Palembang 367 lokasi, Kotamadya Medan berjumlah 165, dan yang paling banyak secara umum di DKI Jakarta dengan Jakarta Utara menempati posisi teratas yakni 531 lokasi. Bahkan baru-baru ini menurut data BPS ( Badan Pusat Statistik) DKI Jakarta , sebagai contoh berita yang penulis kutip dari TribunNews.com, Selasa 11 Oktober 2011 menunjukkan masih tingginya angka RW kumuh yakni 416 RW yang diambil dari 6 (enam) wilayah di DKI Jakarta yang terdiri dari lima kota madya dan 1 kabupaten administratif, tentu saja angka ini masih sangat tinggi. Belum lagi dengan kondisi pengelolaan lingkungan hidup yang masih rendah sungguh merupakan suatu tantangan besar bagi mahasiswa selaku akademisi yang juga calon praktisi pembawa perubahan di tengah masyarakat.

D. Pengelolaan Lingkungan Hidup Sebagai Collective Responsibility yang Kooperatif dan Partisipatif

Isu degradasi lingkungan merupakan tanggung jawab bersama!. Karena kita hidup di bumi yang sama. Atas dasar itulah sudah selayaknya masyarakat kumuh perkotaan diberi bimbingan secara eksklusif dan komprehensif oleh mahasiswa sebagai konsekuensi logis kemudian bersama-sama menyelesaikan permasalahan lingkungan yang ada. Terlebih lagi jika kita mengacu pada UU No. 23 tahun 1997 Pasal 1 ayat 2 bahwa "pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan lingkungan, selain itu juga dinyatakan bahwa “setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan yang baik dan sehat, mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup dan mempunyai hak untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku”.

Jadi mengapa kita tidak mendukung program yang progresif ini, bukankah kita hidup dan makan minum di bumi yang sama? Jika dilihat dari sisi potensi kreatifitas mahasiswa sebagai civitas akademika penulis rasa sudah sangat mumpuni untuk terjun membimbing masyarakat. Tanpa mengabaikan background pendidikan di perkuliahan penulis memiliki pandangan bahwa kegiatan pengelolaan lingkungan hidup adalah hal yang tidak lumrah bagi masyarakat tetapi lumrah bagi individu mahasiswa sebagai elit intelektual. Kegiatan ini penulis deskripsikan sebagai collective responsibility yang berarti pengelolaan lingkungan hidup tersebut harus dikelola oleh kedua subyek yakni masyarakat dan mahasiswa sebagai wujud tanggung jawab bersama.
Terkait dengan masyarakat kumuh perkotaan tentunya sudah sangat berkorelasi, dimana mahasiswa sebagai individu terdidik sedangkan masyarakat kumuh perkotaan sebagai individu non terdidik akan saling membantu dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup. 

Salah satunya perbaikan dalam bidang kesehatan lingkungan dengan penanggulangan limbah dan pencemaran, disini individu mahasiswa justru akan lebih kreatif menuangkan ide misalnya ; pengelolaan sampah rumah tangga, melalui program 5-RE yakni Reuse (penggunaan kembali), Reduce (mengurangi), Replace (mengganti), Redesign (mendesain ulang) misalnya pembuatan hasta karya dari sampah,serta Recycle (mendaur ulang ) juga penghijauan dan sebagainya. Tindakan riil yang juga dapat dilakukan oleh mahasiswa misalnya mensosialisaikan kepada rumah binaan masing- masing dalam membantu proses daur ulang limbah rumah tangga seperti; kertas dapat diolah jadi pulp bahan kertas, cardboard dan produk-produk kertas lainnya, dihancurkan untuk dipakai sebagai bahan pengisi, dan bahan isolasi, bahan organik dibuat kompos untuk menyuburkan tanaman, bahan karet , kulit,dan plastik bisa dihancurkan dipakai sebagai bahan pengisi, dan diinsenerasi sebagai penghasil panas dan lain sebaginya (Wardhana, W.A,2004). Selain itu konsep seperti ini tidak akan memberatkan si tuan rumah tetapi justru akan memberdayakan mereka. Diharapkan juga konsep baru ini lebih kooperatif dan partisipatif antara mahaiswa dan masyarakat .

Output yang bisa dicapai dari kegiatan ini dapat berupa follow up dengan kegiatan RW binaan dengan skala yang lebih besar. Selain itu dalam bidang pendidikan bisa mengadakan sekolah jangka pendek bagi anak-anak yang putus sekolah ataupun tidak bersekolah yang dapat dilakukan oleh mahasiswa selama periode menjalani program KKN tersebut. Dengan cara demikian maka program ini lebih implementatif dan apliakatif serta solutif.

Sebagai kesimpulan konsep program eksklusif one student one house dalam pengelolaan lingkungan hidup masyarakat kumuh perkotaan adalah tanggung jawab bersama (collective responsibility) antara mahasiswa sebagai agent of change dan masyarakat itu sendiri dan tentunya dibantu oleh pihak pemerintah. Dengan sedikit pandangan dan opini tersebut diatas mudah-mudahan bermanfaat bagi para pembaca. Penulis berharap konsep ini dapat direalisasikan sebagai bentuk transformasi terbaharui demi pemberdayaan (empowerment) masyarakat kumuh perkotaan menuju civil society (masyarakat madani), suatu kondisi masyarakat yang tercukupi kehidupannya baik secara materil maupun spiritual. Ide ini juga semoga menjadi wujud optimalisasi pengembangan personality dan pengabdian nyata mahasiwa sebagai agent of change ditengah isu masyarakat ter-demoralisasi dan isu degradasi lingkungan hidup.

MARI BERSAMA KITA BERDAYAKAN LINGKUNGAN MASYARAKAT MARJINAL MENUJU CIVIL SOCIETY!
MAJULAH INDONESIA, LESTARILAH LINGKUNGAN KITA
INGAT KITA HIDUP DI BUMI YANG SAMA!

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2010.http://blog.unand.ac.id/rossalina002blog/2010/06/08/mahasiswa-sebagai-agent-of-change/. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2011, pukul 16.34 WIB
Berburu.2010.Pemukiman Kumuh di Perkotaan http://berburu.org/2010/08/01/permukiman-kumuh-di-perkotaan/. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2011, pukul 16.49 WIB
DPU (Dinas Pekerjaan Umum ) Direktorat Pengembangan Pemukiman Subdirektorat Kawasan Metropolitan: Data Pemukiman Perkotaan Kumuh Tahun 2008.
Fandeli,C.,2004.Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Pembangunan.Penerbit Liberty.Yogyakarta
Santoso,F.2008.Konsep dan Metode Pemberdayaan Masyarakat Indonesia. http://fiqihsantoso.wordpress.com/2008/06/17/konsep-dan-metode-pemberdayaan-masyarakat-indonesia. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2011, pukul 16.45 WIB
TribunNews.com,Edisi Selasa 11 Oktober 2011
Wardhana,W.A.2004. Dampak Pencemaran Lingkungan.Penerbit Andi Yogyakarta.Yogyakarta
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Makalah Permasalahan Di Lahan Kering Pasir Pantai dan Solusi Pemanfaatannya


TUGAS MAKALAH  KELOMPOK
Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman
Pemecahan Problematika Rekayasa Lahan  Budidaya Tanaman Cabe Keriting di Lahan Pasir Pantai


DI SUSUN OLEH :



                          Muhammad Aksan
                             20090210023

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

FAKULTAS PERTANIAN
TAHUN AKADEMIK 2010/2011




KATA PENGANTAR

                   Assalamu Alaikum Wr.Wb.

Syukur alhamdulillah atas Rahmat dan Inayah Allah swt. yang telah dicurahkan kepada kami sehngga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya meskipun masih banyak kekurangan yanng tentunya merupakan kekurangan kami juga sebagai manusia biasa.
Terima kasih pula kami haturkan kepada semua pihak-pihak yang telah ikut andil dalam membantu penyusunan makalah ini. Harapan kami selanjutnya semoga dengan terselesaikannya makalah ini bisa menjadi bahan bacaan ataupun literatur yang dapat menambah wawasan cakrawala keilmuan kita.
Saran dan kritik yang sifatnya konstruktif juga senantiasa kami tunggu demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin !

Wassalamu AlaikumWr.Wb


                                                                        Bantul, 14 Agustus 2010



                                                                                  







BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Lahan pasir pantai merupakan salah satu potensi penting dalam pengembangan tanaman hortikultura, dan diharapkan dapat digunakan sebagai pengganti penyusutan lahan akibat alih fungsi menjadi non-pertanian. Di Indonesia terdapat ± 1.060.000 hektar lahan berpasir. Kendala umum lahan ini untuk pertanian adalah : tekstur kasar, daya simpan air/zat hara rendah, kemampuan menukar kation yang rendah, daya meluluskan air dan udara tinggi, kandungan bahan organik rendah, kecepatan angin sangat tinggi, suhu tanah dan udara pada siang hari sangat tinggi, angin mengandung partikel garam, dan mudah tererosi oleh angin.
Tanaman bawang merah, selada/cabe keriting, dan caisim merupakan komoditas unggulan lahan pasir pantai dengan produktivitas yang rentan terhadap perubahan cuaca, bahkan pada kondisi ekstrim dapat gagal panen.
Khusus tanaman cabe keriting dalam pembudidayaannya di lahan pasir pantai tentunya memerlukan rekayasa yang cukup kompleks mengingat kondisi lahan yang termasuk marginal sulit untuk ditanami.hal inilah yang melatarbelakngi sehingga makalah ini dibuat guna mencari solusi permaslahan yang diinginkan


B.     Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui solusi terbaik dalam rekayasa lahan pasir pantai untuk tanaman cabe keriting.’




BAB II PEMBAHASAN

A.   Deskripsi Lahan Pasir Pantai

Pemanfaatan lahan pasir pantai oleh para petani sesungguhnyasudah dilakukan sejak lama, akan tetapi pengelolaan yang intensif baru dimulai pada tahun 1996 dengan ditetapkannya lahan pasir pantai sebagai kawasan pembangunan terpadu. Hal tersebut dapat dipahami mengingat bahwa lahan pasir pantai selain memiliki kelebihan akan luasan, topografi, iklim dan ketersediaan sumber daya manusianya, juga terdapat kekurangannya yaitu tekstur tanah pasir, porous, miskin haradan bahan organik serta suhu permukaan tanah tinggi karena kondisinya terbuka di samping adanya tiupan angin kencang yang membawa partikel-partikel garam yang dimungkinkan tidak baik bagi pertumbuhantanaman maupun ternak.
Penyediaan air irigasi di lahan pasir pantai dapat dikatakan sangat khas, karena selain mengandalkan pada air hujan, pengairan untuk kepentingan pertanian juga berasal dari air tanah dan air permukaan yang ditampung pada kolam penampungan air (embung) dan dengan bantuan pompa air didistribusikan pada reservoir dan sumur–sumur renteng.Dari masing-masing sumur renteng para petani dengan menggunakan ember/gembor mengambil air untuk menyirami tanaman dan keperluan lainnya.

B.   Syarat Tumbuh Ideal Tanaman Cabe Keriting

Pada umumnya cabe dapat ditanam pada dataran rendah sampai ketinggian 2000 meter dpl. Cabe dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 24 – 27 derajat Celsius dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi.

Tanaman cabe dapat ditanam pada tanah sawah maupun tegalan yang gembur, subur, tidak terlalu liat dan cukup air. Permukaan tanah yang paling ideal adalah datar dengan sudut kemiringan lahan 0 sampai 10 derajat serta membutuhkan sinar matahari penuh dan tidak ternaungi. pH tanah yang optimal antara 5,5 sampai 7.
Tanaman cabe menghendaki pengairan yang cukup. Tetapi apabila jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi dan merangsang tumbuhnya penyakit jamur dan bakteri. Jika kekurangan air tanaman cabe dapat kurus, kerdil, layu dan mati. Pengairan dapat menggunakan irigasi, air tanah dan air hujan.

C.   Kondisi Real di Lapangan dan Permasalahan

Lahan pasir pantai merupakan lahan marginal dengan ciri-ciri antara lain:tekstur pasiran,struktur lepas-lepas,kandungan hara rendah,suhu tanah di sinag hariu sangat tinggi dan sangat dingin pada malam hari,kecepatan angin dan dan laju evaporasi sangat tinggi, kondisi terbuka, porousitsa tinggi. Tekstur pasiran yang cenderung kering, apalagi kandungan hara rendah, mudah meloloskan air dan agregat rendah tentunya kurang mendukung untuk budidaya tanaman cabe (keriting). Hal yang sangat penting  juga bahwa kecepatan angin yang tinggi berpotensi membawa partikel-partikel garam ke lahan yang kurang bagus bagi pertananaman cabe keriting terkait optimalisasi  faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang dimaksud adalah partikel garam yamg mengkristal mempengaruhi proses fotosintesis,transpirasi dan respirasi sebagai sistem internal. Kondisi real di lapangan seluas 3000 m2 termasuk lahan yang luas, keadaan kesuburan rendah yang tentunya kurang unsur hara, sifat pasir tidak gembur dan humus kurang. Bahan organik susah menyatu karena agregat kurang. Hal ini diakibatkan oleh sifat lahan pasir yang mudah meloloskan esensil unsur hara.
Kondisi lain juga dilapangan adalah muka tanah yang kedalamannya hanya 3-4 m yang tidak memungkinkan irigasi teknis. sehingga perlu rekayasa sedemikina rupa guna penghematan air dan pencegahan evaporasi berlebihan.

D.   Teknis Rekayasa Lahan dan Pemecahan Masalah

Teknis yang dilakukan yakni tanah pasir dicampur dengan pupuk kandang dan dimanipulasi dengan mencampur tanah lempung yang didatangkan dari luar. Hal ini guna mempermudah dalam membentuk gundukan dan menambah agregat tanah pasir serta menambah kesuburan. Kemudian permukaan gundukan dilapisi dengan serbuk gergaji sebagai prenutup(mulsa) yang juga bersifat progres terhadap tanah. Dengan adanya penutup serbuk gergaji pada gundukan dapt menekan kecepatan evaporasi. Setelah dibentuk gundukan dilakukan penyirman supaya lembab dan mudah ditanami .Setelah itu ditutup dengan plastic polyethilen yang dilubangi secara acak, khusus lubang tanaman cabe dibuat lebih besar
Teknis rekayasa lahan seluas 3000 m2 yakni dibagi menjadi 8 gundukan dengan ukuran luas setiap gundukan 24 m x 14 m dan jarak tiap pertanaman adalah 30 cm x40 cm sehingga dalam satu gundukan terdapat 46 x 60=2760 tanaman cabe keriting. Jumlah gundukan 8 sehingga potensi cabe yang dapat ditanam adalah :8 x 2760 =22.080 tanaman.
Teknis penyiraman dengan teknis springkler yang dihubungkan dengan muka air tanah dan penampungan air dengan harapan lebih hemat dan efektif. Penyiraman dilakukan 2 kali dalam sehari yakni pada pagi hari dengan intensitas penyiraman dipagi hari lebih besar dibnading sore hari. Hal ini terkait dengan kondisi lahan pasir pantai yang cenderung kering dang tingkat evaporasi yang cukup tinggi pada siang harinya tentunya efektif dalam mengatasi kehilangan air.



BAB III PENUTUP

A.   Kesimpulan
Sebagai kesimpulan pemecahan problematika dari rekayasa lahan pasir pantai untuk budidaya tanaman cabe keriting yakni lahan pasir pantai dikombinasikan dengan tanah lempung,pupuk organik,menutup permukaan dengan serbuk gergaji, penutupan dengan plastik polyethilen, serta penyiraman berkala 2 x dalam sehari. Hal tersebut untuk mengatasi permasalahan lahan marginal pasir pantai terkait kesuburan rendah,agregat rendah(tekstur pasir),porousitas tinggi,suhu/temperatur rendah dan muka air tanah yang terbatas.
B.     Saran
Sebaiknya perlu adanya optimalisasi pengembangan lahan pasir pantai untuk tanaman cabe keriting secara besar-besaran dengan memanfaatkan teknologi rekayasa lahan marginal guna peningkatan hasil pertanian.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS