Makalah Permasalahan Di Lahan Kering Pasir Pantai dan Solusi Pemanfaatannya
Posted in |
at
2:05 AM
TUGAS
MAKALAH KELOMPOK
Problematika
Rekayasa Budidaya Tanaman
Pemecahan
Problematika Rekayasa Lahan Budidaya
Tanaman Cabe Keriting di Lahan Pasir Pantai
DI SUSUN OLEH :
Muhammad Aksan
20090210023
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTAS
PERTANIAN
TAHUN
AKADEMIK 2010/2011
KATA
PENGANTAR
Assalamu
Alaikum Wr.Wb.
Syukur
alhamdulillah atas Rahmat dan Inayah Allah swt. yang telah dicurahkan kepada
kami sehngga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya meskipun
masih banyak kekurangan yanng tentunya merupakan kekurangan kami juga sebagai
manusia biasa.
Terima kasih pula
kami haturkan kepada semua pihak-pihak yang telah ikut andil dalam membantu
penyusunan makalah ini. Harapan kami selanjutnya semoga dengan terselesaikannya
makalah ini bisa menjadi bahan bacaan ataupun literatur yang dapat menambah
wawasan cakrawala keilmuan kita.
Saran dan kritik
yang sifatnya konstruktif juga senantiasa kami tunggu demi perbaikan makalah
ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin !
Wassalamu AlaikumWr.Wb
Bantul, 14 Agustus 2010
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahan pasir
pantai merupakan salah satu potensi penting dalam pengembangan tanaman
hortikultura, dan diharapkan dapat digunakan sebagai pengganti penyusutan lahan
akibat alih fungsi menjadi non-pertanian. Di Indonesia terdapat ± 1.060.000
hektar lahan berpasir. Kendala umum lahan ini untuk pertanian adalah : tekstur
kasar, daya simpan air/zat hara rendah, kemampuan menukar kation yang rendah,
daya meluluskan air dan udara tinggi, kandungan bahan organik rendah, kecepatan
angin sangat tinggi, suhu tanah dan udara pada siang hari sangat tinggi, angin
mengandung partikel garam, dan mudah tererosi oleh angin.
Tanaman bawang merah, selada/cabe keriting, dan caisim
merupakan komoditas unggulan lahan pasir pantai dengan produktivitas yang
rentan terhadap perubahan cuaca, bahkan pada kondisi ekstrim dapat gagal panen.
Khusus tanaman cabe keriting dalam pembudidayaannya di
lahan pasir pantai tentunya memerlukan rekayasa yang cukup kompleks mengingat
kondisi lahan yang termasuk marginal sulit untuk ditanami.hal inilah yang
melatarbelakngi sehingga makalah ini dibuat guna mencari solusi permaslahan
yang diinginkan
B. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud
dan tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui solusi terbaik dalam
rekayasa lahan pasir pantai untuk tanaman cabe keriting.’
BAB II PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Lahan Pasir
Pantai
Pemanfaatan lahan pasir pantai oleh para petani sesungguhnyasudah
dilakukan sejak lama, akan tetapi pengelolaan yang intensif baru dimulai pada
tahun 1996 dengan ditetapkannya lahan pasir pantai sebagai kawasan pembangunan
terpadu. Hal tersebut dapat dipahami mengingat bahwa lahan pasir pantai selain
memiliki kelebihan akan luasan, topografi, iklim dan ketersediaan
sumber daya manusianya, juga terdapat kekurangannya yaitu tekstur tanah
pasir, porous, miskin haradan bahan organik serta suhu permukaan
tanah tinggi karena kondisinya terbuka di samping adanya tiupan angin
kencang yang membawa partikel-partikel garam yang dimungkinkan tidak baik bagi
pertumbuhantanaman maupun ternak.
Penyediaan air irigasi di lahan pasir pantai dapat dikatakan sangat khas,
karena selain mengandalkan pada air hujan, pengairan untuk kepentingan
pertanian juga berasal dari air tanah dan air permukaan yang ditampung pada
kolam penampungan air (embung) dan dengan bantuan pompa air
didistribusikan pada reservoir dan sumur–sumur renteng.Dari
masing-masing sumur renteng para petani dengan menggunakan ember/gembor
mengambil air untuk menyirami tanaman dan keperluan lainnya.
B. Syarat Tumbuh Ideal
Tanaman Cabe Keriting
Pada umumnya cabe dapat ditanam pada dataran rendah
sampai ketinggian 2000 meter dpl. Cabe dapat beradaptasi dengan baik pada
temperatur 24 – 27 derajat Celsius dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi.
Tanaman cabe dapat ditanam pada tanah sawah maupun
tegalan yang gembur, subur, tidak terlalu liat dan cukup air. Permukaan tanah
yang paling ideal adalah datar dengan sudut kemiringan lahan 0 sampai 10
derajat serta membutuhkan sinar matahari penuh dan tidak ternaungi. pH tanah
yang optimal antara 5,5 sampai 7.
Tanaman cabe menghendaki pengairan yang cukup. Tetapi
apabila jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi dan
merangsang tumbuhnya penyakit jamur dan bakteri. Jika kekurangan air tanaman
cabe dapat kurus, kerdil, layu dan mati. Pengairan dapat menggunakan irigasi,
air tanah dan air hujan.
C. Kondisi Real di Lapangan
dan Permasalahan
Lahan pasir
pantai merupakan lahan marginal dengan ciri-ciri antara lain:tekstur
pasiran,struktur lepas-lepas,kandungan hara rendah,suhu tanah di sinag hariu
sangat tinggi dan sangat dingin pada malam hari,kecepatan angin dan dan laju
evaporasi sangat tinggi, kondisi terbuka, porousitsa tinggi. Tekstur pasiran
yang cenderung kering, apalagi kandungan hara rendah, mudah meloloskan air dan
agregat rendah tentunya kurang mendukung untuk budidaya tanaman cabe (keriting).
Hal yang sangat penting juga bahwa
kecepatan angin yang tinggi berpotensi membawa partikel-partikel garam ke lahan
yang kurang bagus bagi pertananaman cabe keriting terkait optimalisasi faktor eksternal dan internal. Faktor
eksternal yang dimaksud adalah partikel garam yamg mengkristal mempengaruhi
proses fotosintesis,transpirasi dan respirasi sebagai sistem internal. Kondisi
real di lapangan seluas 3000 m2 termasuk lahan yang luas, keadaan kesuburan
rendah yang tentunya kurang unsur hara, sifat pasir tidak gembur dan humus
kurang. Bahan organik susah menyatu karena agregat kurang. Hal ini diakibatkan
oleh sifat lahan pasir yang mudah meloloskan esensil unsur hara.
Kondisi lain
juga dilapangan adalah muka tanah yang kedalamannya hanya 3-4 m yang tidak memungkinkan
irigasi teknis. sehingga perlu rekayasa sedemikina rupa guna penghematan air
dan pencegahan evaporasi berlebihan.
D. Teknis Rekayasa Lahan dan
Pemecahan Masalah
Teknis yang dilakukan yakni tanah pasir dicampur dengan
pupuk kandang dan dimanipulasi dengan mencampur tanah lempung yang didatangkan
dari luar. Hal ini guna mempermudah dalam membentuk gundukan dan menambah
agregat tanah pasir serta menambah kesuburan. Kemudian permukaan gundukan
dilapisi dengan serbuk gergaji sebagai prenutup(mulsa) yang juga bersifat
progres terhadap tanah. Dengan adanya penutup serbuk gergaji pada gundukan dapt
menekan kecepatan evaporasi. Setelah dibentuk gundukan dilakukan penyirman
supaya lembab dan mudah ditanami .Setelah itu ditutup dengan plastic
polyethilen yang dilubangi secara acak, khusus lubang tanaman cabe dibuat lebih
besar
Teknis rekayasa lahan seluas 3000 m2 yakni dibagi
menjadi 8 gundukan dengan ukuran luas setiap gundukan 24 m x 14 m dan jarak
tiap pertanaman adalah 30 cm x40 cm sehingga dalam satu gundukan terdapat 46 x
60=2760 tanaman cabe keriting. Jumlah gundukan 8 sehingga potensi cabe yang
dapat ditanam adalah :8 x 2760 =22.080 tanaman.
Teknis penyiraman dengan teknis springkler yang
dihubungkan dengan muka air tanah dan penampungan air dengan harapan lebih
hemat dan efektif. Penyiraman dilakukan 2 kali dalam sehari yakni pada pagi
hari dengan intensitas penyiraman dipagi hari lebih besar dibnading sore hari.
Hal ini terkait dengan kondisi lahan pasir pantai yang cenderung kering dang
tingkat evaporasi yang cukup tinggi pada siang harinya tentunya efektif dalam
mengatasi kehilangan air.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai
kesimpulan pemecahan problematika dari rekayasa lahan pasir pantai untuk
budidaya tanaman cabe keriting yakni lahan pasir pantai dikombinasikan dengan
tanah lempung,pupuk organik,menutup permukaan dengan serbuk gergaji, penutupan
dengan plastik polyethilen, serta penyiraman berkala 2 x dalam sehari. Hal
tersebut untuk mengatasi permasalahan lahan marginal pasir pantai terkait kesuburan
rendah,agregat rendah(tekstur pasir),porousitas tinggi,suhu/temperatur rendah
dan muka air tanah yang terbatas.
B.
Saran
Sebaiknya perlu adanya optimalisasi pengembangan lahan pasir pantai untuk
tanaman cabe keriting secara besar-besaran dengan memanfaatkan teknologi
rekayasa lahan marginal guna peningkatan hasil pertanian.
MAKALAH PENGENDALIAN LALAT BUAT (PENGENDALIAN OPT),STRATEGIS DAN TAKTIS
Posted in |
at
2:00 AM
TUGAS
Pemanfaatan daun selasih (Ocimum sp.) sebagai
atraktan dalam pengendalian lalat buah (Bactrocera
sp) pada tanaman cabe (Capsicum Annum var longum)
OLEH
Muhammad aksan
Prodi.AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2010
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kepada ALLAH SWT karena berkat
hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ Pemanfaatan daun
selasih (Ocimum sp.) sebagai
atraktan dalam pengendalian lalat buah (Bactrocera sp) pada tanaman cabe (Capsicum Annum var longum)”. Kami juga tidak lupa mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung sudah
membantu atas penyusunan makalah ini.
Kami sadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka
dari itu saran dan kritik dari pambaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Yogyakarta, 27 oktober 2010
Kelompok IV
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cabai (Capsicum Annum
var longum) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai
ekonomi yang cukup menjanjikan karena buahnya selain dijadikan sayuran atau
bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani,sebagai bahan
baku industri, memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja serta sebagai
sumber vitamin C. Melihat prospek tanaman cabe yang cukup menjanjikan tersebut
maka tidak heran jika banyak petani yang membudidayakan cabe secara besar-besaran. Hanya saja cabe
mengalami hambatan dalam pembudidayaan khususnya pengendalian hama dalam sistem
pemeliharaan. Hal tersebut dikarenakan ada satu penyakit yang acap kali
menyerang pertanaman tanaman cabe yakni hama lalat buah (Bactrocera sp). Pola serangan
hama tersebut melakukan menyerangan dengan cara menginfeksi buah cabai. Akibat serangan hama ini produksi dan
mutu buah menjadi rendah, bahkan tidak jarang mengakibatkan gagal panen, karena
buah berjatuhan sebelum masak atau buah menjadi rusak saat dipanen sehingga
tidak layak jual atau tidak layak konsumsi.
Dalam pengendalian hama lalat buah tersebut petani biasanya mengandalkan bahan anorganik berupa
pestisida yang justru tidak aman bagi
hasil panen buah cabe yang dihasilkan
karena resiko akumulasi residu pestisida
pada buah cabe itu sendiri. Jika buah tersebut dikonsumsi oleh manusia maka akan
menimbulkan implikasi bagi kesehatan. Kemungkinan residu pestisida akan juga berdampak
pada lahan. Di sisi lain, meskipun membunuh hama tetapi pestisida cenderung
mahal dan tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu diperlukan adanya pemanfaatan
teknologi ramah lingkungan yang relatif lebih ramah lingkungan dan lebih
ekonomis.
B. TUJUAN
Mengandalikan hama (lalat buah) pada tanaman cabe dengan cara yang ramah
lingkungan, sehat, dan biaya murah serta mudah dilakaukan.
BAB II
IDENTIFIKASI dan ANALISIS MASALAH
A. IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam budidaya cabe tentunya tidak semudah yang kita bayangkan. Dalam
pertumbuhannya, tanaman cabe kemungkinan mengalami berbagai hambatan. Tidak
hanya hambatan teknis karena keterbatasan petani tetapi juga serangan hama dan
penyakit yang sering menyerang tanaman
cabe. Salah satu hama yang menyarang tanaman cabe adalah lalat buah (Bactrocera
spp). Adapun masalah
yang cukup signifikan dalam pengendalian hama lalat buah yakni adanya pemakaian
pestisida dalam pemberantasan hama lalat
tidak efektif dan tidak aman secara ekologi dan pertanian berkelanjutan
yang ramah lingkungan. Jadi
lalat buah merupakan masalah serius yang harus diatasi dalam budidaya cabe
dengan cara pengendalian terpadu agar bisa mengoptimalkan produksi cabe yang
ramah lingkungan dan baik untuk kesehatan manusia.
B. ANALISIS MASALAH
Salah satu hama penting tanaman hortikultura yang saat ini menjadi isu
nasional juga menjadi faktor pembatas perdagangan (trade barrier) adalah lalat buah. Komoditas ekspor suatu negara
dapat ditolak oleh negara lain dengan alasan terdapatnya lalat buah. Jenis Lalat Buah yang banyak
terdapat di Indonesia adalah dari genus Bactrocera dan salah satu jenis yang
sangat penting dan ganas adalah Bactrocera dorsalis Hendel complex. B.
dorsalis Hendel complex merupakan lalat buah yang bersifat polifag,
mempunyai sekitar 26 jenis inang seperti belimbing, jambu biji, tomat, cabai
merah, melon, apel, nangka kuning,mangga, dan jambu air. Selain merusak buah-buahan seperti jatuhnya buah
muda yang terserang, serangan hama ini juga menyebabkan buah menjadi busuk dan
dihinggapi belatung lalat buah juga merupakan vektor bakteri Escherichia
coli, penyebab penyakit pada manusia sehingga dapat dijadikan alasan untuk
menghambat perdagangan.
Analisis lebih
lanjut adalah penggunaan pestisida secara
terus-menerus dalam waktu lama maka akan menimbulkan dampak pada ekologi
terkait hubungan tanaman,air,tanah vegetasi dan hama serta lingkungan manusia itu
sendiri. Pemberantasan hama lalat buah dengan pestisida biasanya tidak hanya mengenai buah saja tetapi
akan mengkontaminasi tanah. Pada saat pestisida mengalami akumulasi residu
karena tidak terurai di tanah maka akan menyebabkan degradasi lahan. Degradasi lahan karena
pestisida menyebabkan pemadatan tanah sehingga tanah tidak produktif lagi. Implikasi
lebih lanjut yakni berupa akumulasi residu
pestisida pada buah yang justru berbahaya bagi kesehatan manusia.
BAB III
PEMBAHASAN
A. LALAT BUAH
Jenis Lalat
Buah yang banyak terdapat di Indonesia adalah dari genus Bactrocera dan salah
satu jenis yang sangat penting dan ganas adalah Bactrocera dorsalis Hendel
complex. B. dorsalis Hendel complex merupakan lalat buah yang
bersifat polifag, mempunyai sekitar 26 jenis inang seperti belimbing, jambu
biji, tomat, cabai merah, melon, apel, nangka kuning,mangga, dan jambu air. Selain merusak buah-buahan
seperti jatuhnya buah muda yang terserang, serangan hama ini juga menyebabkan
buah menjadi busuk dan dihinggapi belatung lalat buah juga merupakan vektor
bakteri Escherichia coli, penyebab penyakit pada manusia sehingga
dapat dijadikan alasan untuk menghambat perdagangan. Kehilangan
hasil akibat serangan lalat buah di Indonesia cukup besar. Hal ini disebabkan
karena stadia yang merusak adalah larva yang menyerang langsung pada buah
tanaman. Pada tanaman cabai kehilangan hasil dapat mencapai 80%. Luas serangan
lalat buah diperkirakan 4.700 ha dengan kerugian Rp. 21,99 miliar pada tahun
2002. Dalam menanggulangi hama ini, petani telah melakukan pengendalian secara
alami, diantaranya dengan pembungkusan buah, pengurungan tanaman dengan jaring
plastik, pengasapan di sekitar pohon dan lainnya. Usaha ini memungkinkan untuk
luasan lahan yang relatif sempit, tetapi tidak efisien untuk lahan yang luasnya
puluhan hektar. Pengendalian lain yang telah dilakukan adalah pemandulan
jantan, kimiawi dan memakai perangkap dengan menggunakan atraktan/penarik. Penggunaan pestisida kimia sering menjadi tumpuan dalam pengendalian lalat
buah, namun dirasa kurang bijaksana karena menimbulkan dampak negatif antara
lain terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu
dicari cara pengendalian yang lebih aman dan akrab lingkungan diantaranya
dengan menggunakan pestisida nabati.
a)
Gejala
yang ditimbulkan dari serangan lalat buah
Tetapi tentunya di dalam
pengendalian hama lalat buah tersebut, petani juga harus paham gejela yang
ditimbulkan akibat dari serangan hama tersebut. Gejala pada buah yang terserang
lalat buah biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah
kulitnya. Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak.
Gejala awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak
telur) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya karena
aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Larva
makan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak. Apabila
dibelah pada daging buah terdapat belatung-belatung kecil dengan ukuran antara
4-10 mm yang biasanya meloncat apabila tersentuh. Kerugian yang disebabkan oleh
hama ini mencapai 30-60%. Kerusakan yang ditimbulkan oleh larvanya akan
menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai kematangan yang diinginkan.
b)
Siklus
hidup lalat buah
Lalu yang penting untuk dipahami
lagi adalah siklus hidup dari lalat buah. Karena dalam fase-fase tertentu,
pengandalian hama tersebut dilakaukan dengan cara yang berbeda-beda. Dalam siklus hidupnya lalat buah mempunyai 4 stadium hidup yaitu telur,
larva, pupa dan dewasa. Lalat buah betina memasukkan telur ke dalam buah atau di dalam luka atau cacat buah secara
berkelompok. Lalat buah betina bertelur sekitar 15 butir. Telur berwarna putih
transparan berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing. Larva
lalat buah hidup dan berkembang di dalam daging buah selama 6-9 hari. Larva
mengorek daging buah sambil mengeluarkan enzim perusak atau pencerna yang
berfungsi melunakkan daging buah sehingga mudah diisap dan dicerna. Enzim
tersebut diketahui yang mempercepat pembusukan, selain bakteri pembusuk yang
mempercepat aktivitas pembusukan buah. Jika aktivitas pembusukan sudah mencapai
tahap lanjut, buah akan jatuh ke tanah, bersamaan dengan masaknya buah, larva
lalat buah siap memasuki tahap pupa, larva masuk dalam tanah dan menjadi pupa.
Siklus hidup dari telur menjadi dewasa berlangsung selama 16 hari. Fase kritis
tanaman yaitu pada saat tanaman mulai berbuah terutama pada saat buah menjelang
masak. Lalat buah yang mempunyai ukuran tubuh relatif kecil dan siklus hidup
yang pendek peka terhadap lingkungan yang kurang baik. Suhu optimal untuk
perkembangan lalat buah adalah 260 C, sedangkan kelembaban
relatif sekitar 70%. Kelembaban tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan
pupa. Kelembaban tanah yang sesuai untuk stadia pupa adalah 0-9%. Cahaya
mempunyai pengaruh langsung terhadap perkembangan lalat buah. Lalat buah betina
akan meletakkan telur lebih cepat dalam kondisi yang terang, sebaliknya pupa
lalat buah tidak akan menetas apabila terkena sinar.
B. PENGENDALIAN LALAT BUAH
Pengendalian hama dan penyakit di dalam
budidaya pertanian tentunya kita harus memeperhatikan faktor lingkungan,
kesehatan masyarakat, dan tentunya faktor ekonomi. Karena sebagian besar dari
petani kita di dalam pengendalian hama dan penyakit masih banyak yang
menggunakan bahan-bahan kimia yang sebenarnya itu berbahaya bagi kesehatan
manusia dan sekaligus juga merusak lingkungan, maka dari itu kita perlu
melakukan pengendalian hama dan penyakit tersebut yang tentunya dengan
bahan-bahan dan cara yang ramah lingkungan, baik bagi kesehatan manusia, dan
pastinya dengan biaya yang reatif murah serta mudah dilakukan.
Atraktan/perangkap adalah cara yang efektif dan ramah lingkungan untuk
pengendalian lalat buah. Dalam pengendalian lalat buah dengan model atraktan
adalah menggunakan daun selasih. Daun selasih digunakan untuk pengendalian
lalat buah karena memiliki beberapa kandungan yang bisa memikat lalat buah dari
aroma yang dikeluarkan. Selasih (Ocimum sp.) merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi antara 80
– 100 cm. Batang berkayu segi empat, berbulu berwarna kecoklatan. Daun tunggal bulat lancip, tepi bergerigi, panjang daun 4 – 5
cm dan lebar 6 – 30 mm. Bunga berwarna putih atau ungu. Tanaman mudah tumbuh di
ladang atau di tempat terbuka lainnya. Tanaman selasih mengandung minyak
asiri, saponin, flavanoid, tanin, dan senyawa geranoil, methyl eugenol (ME),
linalol serta senyawa lain yang bersifat menguap. Minyak selasih dilaporkan
mengandung ME > 65 %. Untuk menarik/mengendalikan lalat buah, selasih dapat
dimanfaatkan secara langsung atau disuling dulu untuk mendapatkan minyaknya. Penggunaan secara langsung caranya : 1) daun selasih 10 – 20 helai dibungkus dengan
kain strimin, kemudian diremas-remas, lalu masukkan ke dalam perangkap; 2) daun selasih dicincang dengan pisau 2 – 3 cm,
selanjutnya dibungkus kain strimin dan dimasukkan pada alat perangkap; 3)
tanaman selasih digoyang-goyang, lalu lalat buah dijaring setelah kumpul. Penggunaan
minyak selasih sebagai penarik lalat buah dilakukan dengan cara meneteskan pada
kapas yang digantungkan pada kawat di dalam botol perangkap. Botol perangkap
digantung pada tiang setinggi 1 m jika digunakan pada tanaman hortikultura
semusim di sawah. Jika pada pohon buah digantung pada cabang ketinggian 2 – 3
m. Pemasangan perangkap dimulai
sejak tanaman berbunga sampai
panen. Jumlah perangkap per hektar sekitar 20 buah, dengan jarak pemasangan
sekitar 20 m. Setiap satu bulan kapas ditetesi minyak selasih lagi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Penggunaan daun selasih sebagai pengendali lalat buah sangat efektif,
ramah lingkungan, baik bagi kesehatan manusia, murah dan mudah untuk dilakukan.
B. SARAN
Dalam budidaya pertanian khususnya dalam pengelolaan tanaman dan
pengendalian hama dan penyakit usahakan dengan menggunakan cara dan bahan-bahan
yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia dan tidak merusak lingkungan.
PROBLEMNATIKA REKAYASA BUDIDAYA TANAMAN
Posted in |
at
1:56 AM
MAKALAH KELOMPOK
PRBT
Optimalisasi Pemeliharaan Tanaman Padi Varietas Ciherang
Disusun oleh :
MUHAMMAD AKSAN
20090210023
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2010/2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.
KLARIFIKASI ISTILAH
Berdasarkan skenario yang telah diberikan maka berkiut
ini beberapa klarifikasi sebagai berikut : Luas lahan 0,5 Ha merupakan lahan yang
berukuran 5000 m², mempunyai kategori lahan luas.
2.
pH
5, merupakan suatu kondisi derajat keasaman tanah yang menunjukkan tanah
di lahan tersebut masam.
3.
Budidaya
konvensional merupakan suatu cara aplikasi budidaya dengan menggunakan pemupukan dengan sintetik (pupuk kimia),
penanggulangan hama dengan pestisida , serta adanya budidaya monokultur .
4.
Syarat tumbuh padi Ciherang :
a.
dapat tumbuh pada pH 4-7, optimalnya pada pH 6,0-6,7
b.
Jumlah anakannya banyak
c.
Produktivitas tinggi
d.
Dosis pemupukan (kimia anorganik) NPK ,
100 kg /Ha
5.
Gangguan pada tanaman padi yakni adanya
kondisi daun yang menguning yang kemungkinan bias disebabkan oleh kekurangan
unsure hara esensil makro N ataupun karena terserang hama dan penyakit
B.
IDENTIFIKASI MASALAH
Sesuai dengan
skenario yang telah diberikan maka masalah-masalah yang telah diidentifikasi sebagai
berikut :
a.
Masalah
adanya pembibitan secara konvensional yang menyebabkan terjadinya pemadatan
tanah karena penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus. Selain itu
pemupukan dengan pupuk sintetis kimiawi secara berlebihan dapat menyebabkan
pelindian (washing) yang justru
mengurangi kadar bahan orgaik tanah atau unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman.
b.
Masalah
yang lain yakni adanya fenomena daun kekuningan pada padi yang mengindikasi
adanya defesiensi unsur hara esensil makro, salah satunya yakni unsur N
c.
Tanaman
padi mengalami gangguan pertumbuhan tanaman.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ANALISIS MASALAH
1. Sistem
budidaya pertanian konvensional
yang tergantung pada bahan kimia buatan secara terus menerus
Dalam pembudidayaan
konvensional, penggunaan pupuk anorganik (kimia sintetis) sangat berlebih oleh
petani, berbagai macam dampak pun
bermunculan, diantaranya, pemadatan tanah yang berimbas pada sifat
fisik, kimia dan biologi tanah pada lahan pertanian. Pengaruh hal tersebut
terhadap sifat fisik tanah yakni solum tanahnya menjadi dangkal, sifat kimia
adalah pH tanahnya menjadi masam karena
zona akar didominasi oleh ion H+ yang menyebabkan Al dan Fe terikat
sehingga mengakibatkan racun dalam tanah dan unsur makro maupun mikro hilang,
sifat biologis adalah mikroorganisme
yang ada dalam tanah mati, karena pemadatan tanah serta tidak
tersedianya O2.
Selain itu pemadatan tanah juga
berdampak pada penyerapan unsur hara dan air. Unsur hara yang diserap tidak
efektif karena ikut terbawa air sehingga tanaman kekurangan unsur N yang
mengakibatkan warna kekuningan pada tanaman padi
2.
Daun yang berwarna
kekuningan karena kekurangan unsur N
Ketika padi
terlihat kekuningan berarti padi
teridentifikasi kekurangan unsur hara esensil makro jenis N. Sebagaimana kita
ketahui bahwa fungsi unsur hara N yakni
merangsang pertumbuhan tanaman secara
keseluruhan , khususnya batang , malai, anakan, dan perkembangan buah (biji/bulir
padi). Oleh
sebab itu jika kekurangan unsur N maka dapat menyebabkan gangguan pada
pertumbuhan terutama pertumbuhan buah/bulir
yang tidak sempurna, umumya
kecil-kecil dan cepat matang sebelum
waktunya Selain itu kekurangan unsur N dapat mengakibatkan daun-daun
penuh dengan serat. Hal ini dikarenakan
menebalnya membran sel pada daun
sedangkan selnya sendiri berukuran kecil-kecil.
3.
Gangguan pertumbuhan pada tanaman padi
Pertumbuhan padi yang kurang maksimal karena adanya gangguan pertumbuhan
padi disebabkan oleh berbagai hal diantaranya; kemungkinaan padi kekurangan unsur
esensil makro maupun mikro, selain itu dapat juga terjadi karena gangguan hama
dan penyakit. Contoh serangan hama misalnya hama wereng sedangkan serangan
penyakit misalnya ; penyakit tungro, padi Thrips (Thrips oryzae), penyakit
kerdil, penyakit hawar daun bakteri. Semua jenis gangguan tersebut dapat
menghambat keoptimalan pertumbuhan padi Ciherang.
B.
FORMULASI PEMECAHAN MASALAH
1
Solusi permasalahan pada sistem budidaya secara
konvensional yakni dengan penggunaan pupuk kandang yang lebih bnayka jumlahnya
dari pupuk sintetis yang bertujuna untuk memperbaiki unsur tanah dan menambah
unsur hara serta mikroorganisme dalam tanah. Perbandingan yang dianjurkan adalah
3:1., 3 = pupuk kandang dan 1= pupuk sintetis dengan aplikasi pupuk kandang
diberikan dahulu. Setelah seminggu di-dekomposisikan baru kemudian ditambah
pupuk anorganik
2
Solusi untuk padi yang berwarna kekuningan karena
kekurangan unsur makro N Oleh karena itu perlu adanya penambahan unsur hara N
denga mekanisme unsur N didapat dari leguminoceae, Crotalaria juncea. Jenis
tanaman ini ini termasuk leguminoceae golongan perdu. Dalam proses
pembuatan pupuk hijau tanaman ini harus dibenamkan pada lahan
pertanaman padi yagn masih basah dan
berair. Hal ini dilakukan supaya terjadi proses dekomposisi sempurna sehingga N
tersedia bagi tanaman padi, jenis pupuk hijau ini dapat memperbaiki keadaan tanah dan menghambat terjadinya erosi serta
mempertinggi produktivitas tanaman padi
dan menghambat pertumbuhan semak-semak yang pengganggu. Pupuk hijau ini
mensuplai unsur N , sehingga masalah padi kekuningan karena kekurangan unsure N
sedapat mungkin dapat terselesaikan.
3
Solusi bagi gangguan pada tanaman padi misalnya memperbaiki keadaan
tanah, pengairan, pemupukan, kelembaban, suhu dan ketahanan varietas padi yang
ditanam. Usaha terpadu yang dapat dilaksanakan mencakup penanaman varietas yang
tahan, pembuatan persemaian kering atau tidak terendam air, jarak tanam tidak
terlalu rapat, tidak memotong akar dan daun bibit yang akan ditanam, air tidak
terlalu tinggi pada waktu tanaman baru ditanam
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis masalah dan solusi pemecahan masalah maka dapat
disimpulkan bahwa pemeliharaan tanaman padi tidak seharusnya tergantung
sepenuhnya pada sistem konvensional tetapi dapat dilakukan dengan penggunaan
pupuk organik yang tidak tergantung dengan pupuk anorganik. Penggunaan pupuk
anorganik secara terus menerus dapat mengurangi kualitas tanah/lahan. Sedangkan
dalam mengatasi gangguan pertumbuhan pada padi dapat diatasi dengan pemenuhan
kebutuhan unsu hara padi serta
pengedalian hama dan penyakit yang terpadu dan solutif.
B.
SARAN
Seharusnya ada penelitian lebih lanjut tentang perawatan padi Ciherang
lebih bersifat eksploratif dan solutif
dalam pengembangan padi varietas Ciherang
Subscribe to:
Posts (Atom)