Makalah Permasalahan Di Lahan Kering Pasir Pantai dan Solusi Pemanfaatannya


TUGAS MAKALAH  KELOMPOK
Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman
Pemecahan Problematika Rekayasa Lahan  Budidaya Tanaman Cabe Keriting di Lahan Pasir Pantai


DI SUSUN OLEH :



                          Muhammad Aksan
                             20090210023

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

FAKULTAS PERTANIAN
TAHUN AKADEMIK 2010/2011




KATA PENGANTAR

                   Assalamu Alaikum Wr.Wb.

Syukur alhamdulillah atas Rahmat dan Inayah Allah swt. yang telah dicurahkan kepada kami sehngga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya meskipun masih banyak kekurangan yanng tentunya merupakan kekurangan kami juga sebagai manusia biasa.
Terima kasih pula kami haturkan kepada semua pihak-pihak yang telah ikut andil dalam membantu penyusunan makalah ini. Harapan kami selanjutnya semoga dengan terselesaikannya makalah ini bisa menjadi bahan bacaan ataupun literatur yang dapat menambah wawasan cakrawala keilmuan kita.
Saran dan kritik yang sifatnya konstruktif juga senantiasa kami tunggu demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin !

Wassalamu AlaikumWr.Wb


                                                                        Bantul, 14 Agustus 2010



                                                                                  







BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Lahan pasir pantai merupakan salah satu potensi penting dalam pengembangan tanaman hortikultura, dan diharapkan dapat digunakan sebagai pengganti penyusutan lahan akibat alih fungsi menjadi non-pertanian. Di Indonesia terdapat ± 1.060.000 hektar lahan berpasir. Kendala umum lahan ini untuk pertanian adalah : tekstur kasar, daya simpan air/zat hara rendah, kemampuan menukar kation yang rendah, daya meluluskan air dan udara tinggi, kandungan bahan organik rendah, kecepatan angin sangat tinggi, suhu tanah dan udara pada siang hari sangat tinggi, angin mengandung partikel garam, dan mudah tererosi oleh angin.
Tanaman bawang merah, selada/cabe keriting, dan caisim merupakan komoditas unggulan lahan pasir pantai dengan produktivitas yang rentan terhadap perubahan cuaca, bahkan pada kondisi ekstrim dapat gagal panen.
Khusus tanaman cabe keriting dalam pembudidayaannya di lahan pasir pantai tentunya memerlukan rekayasa yang cukup kompleks mengingat kondisi lahan yang termasuk marginal sulit untuk ditanami.hal inilah yang melatarbelakngi sehingga makalah ini dibuat guna mencari solusi permaslahan yang diinginkan


B.     Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui solusi terbaik dalam rekayasa lahan pasir pantai untuk tanaman cabe keriting.’




BAB II PEMBAHASAN

A.   Deskripsi Lahan Pasir Pantai

Pemanfaatan lahan pasir pantai oleh para petani sesungguhnyasudah dilakukan sejak lama, akan tetapi pengelolaan yang intensif baru dimulai pada tahun 1996 dengan ditetapkannya lahan pasir pantai sebagai kawasan pembangunan terpadu. Hal tersebut dapat dipahami mengingat bahwa lahan pasir pantai selain memiliki kelebihan akan luasan, topografi, iklim dan ketersediaan sumber daya manusianya, juga terdapat kekurangannya yaitu tekstur tanah pasir, porous, miskin haradan bahan organik serta suhu permukaan tanah tinggi karena kondisinya terbuka di samping adanya tiupan angin kencang yang membawa partikel-partikel garam yang dimungkinkan tidak baik bagi pertumbuhantanaman maupun ternak.
Penyediaan air irigasi di lahan pasir pantai dapat dikatakan sangat khas, karena selain mengandalkan pada air hujan, pengairan untuk kepentingan pertanian juga berasal dari air tanah dan air permukaan yang ditampung pada kolam penampungan air (embung) dan dengan bantuan pompa air didistribusikan pada reservoir dan sumur–sumur renteng.Dari masing-masing sumur renteng para petani dengan menggunakan ember/gembor mengambil air untuk menyirami tanaman dan keperluan lainnya.

B.   Syarat Tumbuh Ideal Tanaman Cabe Keriting

Pada umumnya cabe dapat ditanam pada dataran rendah sampai ketinggian 2000 meter dpl. Cabe dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 24 – 27 derajat Celsius dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi.

Tanaman cabe dapat ditanam pada tanah sawah maupun tegalan yang gembur, subur, tidak terlalu liat dan cukup air. Permukaan tanah yang paling ideal adalah datar dengan sudut kemiringan lahan 0 sampai 10 derajat serta membutuhkan sinar matahari penuh dan tidak ternaungi. pH tanah yang optimal antara 5,5 sampai 7.
Tanaman cabe menghendaki pengairan yang cukup. Tetapi apabila jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi dan merangsang tumbuhnya penyakit jamur dan bakteri. Jika kekurangan air tanaman cabe dapat kurus, kerdil, layu dan mati. Pengairan dapat menggunakan irigasi, air tanah dan air hujan.

C.   Kondisi Real di Lapangan dan Permasalahan

Lahan pasir pantai merupakan lahan marginal dengan ciri-ciri antara lain:tekstur pasiran,struktur lepas-lepas,kandungan hara rendah,suhu tanah di sinag hariu sangat tinggi dan sangat dingin pada malam hari,kecepatan angin dan dan laju evaporasi sangat tinggi, kondisi terbuka, porousitsa tinggi. Tekstur pasiran yang cenderung kering, apalagi kandungan hara rendah, mudah meloloskan air dan agregat rendah tentunya kurang mendukung untuk budidaya tanaman cabe (keriting). Hal yang sangat penting  juga bahwa kecepatan angin yang tinggi berpotensi membawa partikel-partikel garam ke lahan yang kurang bagus bagi pertananaman cabe keriting terkait optimalisasi  faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang dimaksud adalah partikel garam yamg mengkristal mempengaruhi proses fotosintesis,transpirasi dan respirasi sebagai sistem internal. Kondisi real di lapangan seluas 3000 m2 termasuk lahan yang luas, keadaan kesuburan rendah yang tentunya kurang unsur hara, sifat pasir tidak gembur dan humus kurang. Bahan organik susah menyatu karena agregat kurang. Hal ini diakibatkan oleh sifat lahan pasir yang mudah meloloskan esensil unsur hara.
Kondisi lain juga dilapangan adalah muka tanah yang kedalamannya hanya 3-4 m yang tidak memungkinkan irigasi teknis. sehingga perlu rekayasa sedemikina rupa guna penghematan air dan pencegahan evaporasi berlebihan.

D.   Teknis Rekayasa Lahan dan Pemecahan Masalah

Teknis yang dilakukan yakni tanah pasir dicampur dengan pupuk kandang dan dimanipulasi dengan mencampur tanah lempung yang didatangkan dari luar. Hal ini guna mempermudah dalam membentuk gundukan dan menambah agregat tanah pasir serta menambah kesuburan. Kemudian permukaan gundukan dilapisi dengan serbuk gergaji sebagai prenutup(mulsa) yang juga bersifat progres terhadap tanah. Dengan adanya penutup serbuk gergaji pada gundukan dapt menekan kecepatan evaporasi. Setelah dibentuk gundukan dilakukan penyirman supaya lembab dan mudah ditanami .Setelah itu ditutup dengan plastic polyethilen yang dilubangi secara acak, khusus lubang tanaman cabe dibuat lebih besar
Teknis rekayasa lahan seluas 3000 m2 yakni dibagi menjadi 8 gundukan dengan ukuran luas setiap gundukan 24 m x 14 m dan jarak tiap pertanaman adalah 30 cm x40 cm sehingga dalam satu gundukan terdapat 46 x 60=2760 tanaman cabe keriting. Jumlah gundukan 8 sehingga potensi cabe yang dapat ditanam adalah :8 x 2760 =22.080 tanaman.
Teknis penyiraman dengan teknis springkler yang dihubungkan dengan muka air tanah dan penampungan air dengan harapan lebih hemat dan efektif. Penyiraman dilakukan 2 kali dalam sehari yakni pada pagi hari dengan intensitas penyiraman dipagi hari lebih besar dibnading sore hari. Hal ini terkait dengan kondisi lahan pasir pantai yang cenderung kering dang tingkat evaporasi yang cukup tinggi pada siang harinya tentunya efektif dalam mengatasi kehilangan air.



BAB III PENUTUP

A.   Kesimpulan
Sebagai kesimpulan pemecahan problematika dari rekayasa lahan pasir pantai untuk budidaya tanaman cabe keriting yakni lahan pasir pantai dikombinasikan dengan tanah lempung,pupuk organik,menutup permukaan dengan serbuk gergaji, penutupan dengan plastik polyethilen, serta penyiraman berkala 2 x dalam sehari. Hal tersebut untuk mengatasi permasalahan lahan marginal pasir pantai terkait kesuburan rendah,agregat rendah(tekstur pasir),porousitas tinggi,suhu/temperatur rendah dan muka air tanah yang terbatas.
B.     Saran
Sebaiknya perlu adanya optimalisasi pengembangan lahan pasir pantai untuk tanaman cabe keriting secara besar-besaran dengan memanfaatkan teknologi rekayasa lahan marginal guna peningkatan hasil pertanian.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

MAKALAH PENGENDALIAN LALAT BUAT (PENGENDALIAN OPT),STRATEGIS DAN TAKTIS


TUGAS
Pemanfaatan daun selasih (Ocimum sp.)  sebagai atraktan dalam pengendalian lalat buah (Bactrocera sp) pada tanaman cabe (Capsicum Annum var longum)


OLEH
Muhammad aksan


Prodi.AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2010

KATA PENGANTAR



Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kepada ALLAH SWT karena berkat hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ Pemanfaatan daun selasih (Ocimum sp.)  sebagai atraktan dalam pengendalian lalat buah (Bactrocera sp) pada tanaman cabe (Capsicum Annum var longum)”. Kami juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung sudah membantu atas penyusunan makalah ini.
Kami sadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu saran dan kritik dari pambaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin.



Yogyakarta, 27 oktober 2010

Kelompok IV


BAB I

PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG

            Cabai (Capsicum Annum var longum) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi yang cukup menjanjikan karena buahnya selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani,sebagai bahan baku industri, memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja serta sebagai sumber vitamin C. Melihat prospek tanaman cabe yang cukup menjanjikan tersebut maka tidak heran jika banyak petani yang membudidayakan cabe  secara besar-besaran. Hanya saja cabe mengalami hambatan dalam pembudidayaan khususnya pengendalian hama dalam sistem pemeliharaan. Hal tersebut dikarenakan ada satu penyakit yang acap kali menyerang pertanaman tanaman cabe yakni hama lalat buah (Bactrocera sp). Pola serangan hama tersebut melakukan menyerangan dengan cara menginfeksi buah cabai. Akibat serangan hama ini produksi dan mutu buah menjadi rendah, bahkan tidak jarang mengakibatkan gagal panen, karena buah berjatuhan sebelum masak atau buah menjadi rusak saat dipanen sehingga tidak layak jual atau tidak layak konsumsi.
 Dalam pengendalian hama lalat  buah tersebut petani  biasanya mengandalkan bahan anorganik berupa pestisida  yang justru tidak aman bagi hasil panen  buah cabe yang dihasilkan karena resiko  akumulasi residu pestisida pada buah cabe itu sendiri. Jika buah tersebut dikonsumsi oleh manusia maka akan menimbulkan implikasi bagi kesehatan. Kemungkinan residu pestisida akan juga berdampak pada lahan. Di sisi lain, meskipun membunuh hama tetapi pestisida cenderung mahal dan tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu diperlukan adanya pemanfaatan teknologi ramah lingkungan yang relatif lebih ramah lingkungan dan lebih ekonomis.

B.     TUJUAN

Mengandalikan hama (lalat buah) pada tanaman cabe dengan cara yang ramah lingkungan, sehat, dan biaya murah serta mudah dilakaukan.


BAB II

IDENTIFIKASI dan ANALISIS MASALAH

A.    IDENTIFIKASI MASALAH

Dalam budidaya cabe tentunya tidak semudah yang kita bayangkan. Dalam pertumbuhannya, tanaman cabe kemungkinan mengalami berbagai hambatan. Tidak hanya hambatan teknis karena keterbatasan petani tetapi juga serangan hama dan penyakit yang sering menyerang  tanaman cabe. Salah satu hama yang menyarang tanaman cabe adalah lalat buah (Bactrocera spp).  Adapun masalah yang cukup signifikan dalam pengendalian hama lalat buah yakni adanya  pemakaian  pestisida dalam pemberantasan hama lalat  tidak efektif dan tidak aman secara ekologi dan pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan. Jadi lalat buah merupakan masalah serius yang harus diatasi dalam budidaya cabe dengan cara pengendalian terpadu agar bisa mengoptimalkan produksi cabe yang ramah lingkungan dan baik untuk kesehatan manusia.

B.     ANALISIS MASALAH

Salah satu hama penting tanaman hortikultura yang saat ini menjadi isu nasional juga menjadi faktor pembatas perdagangan (trade barrier) adalah lalat buah. Komoditas ekspor suatu negara dapat ditolak oleh negara lain dengan alasan terdapatnya lalat buah. Jenis Lalat Buah yang banyak terdapat di Indonesia adalah dari genus Bactrocera dan salah satu jenis yang sangat penting dan ganas adalah Bactrocera dorsalis Hendel complex. B. dorsalis Hendel complex merupakan lalat buah yang bersifat polifag, mempunyai sekitar 26 jenis inang seperti belimbing, jambu biji, tomat, cabai merah, melon, apel, nangka kuning,mangga, dan jambu air. Selain merusak buah-buahan seperti jatuhnya buah muda yang terserang, serangan hama ini juga menyebabkan buah menjadi busuk dan dihinggapi belatung lalat buah juga merupakan vektor bakteri Escherichia coli, penyebab penyakit pada manusia sehingga dapat dijadikan alasan untuk menghambat perdagangan.
Analisis lebih lanjut adalah penggunaan pestisida  secara terus-menerus dalam waktu lama maka akan menimbulkan dampak pada ekologi terkait hubungan tanaman,air,tanah vegetasi dan hama serta lingkungan manusia itu sendiri. Pemberantasan hama lalat buah dengan pestisida  biasanya tidak hanya mengenai buah saja tetapi akan mengkontaminasi tanah. Pada saat pestisida mengalami akumulasi residu karena tidak terurai di tanah maka akan menyebabkan degradasi lahan. Degradasi lahan karena pestisida menyebabkan pemadatan tanah sehingga tanah tidak produktif lagi. Implikasi lebih lanjut yakni berupa akumulasi residu  pestisida pada buah yang justru berbahaya bagi kesehatan manusia.

BAB III

PEMBAHASAN

A.    LALAT BUAH

Jenis Lalat Buah yang banyak terdapat di Indonesia adalah dari genus Bactrocera dan salah satu jenis yang sangat penting dan ganas adalah Bactrocera dorsalis Hendel complex. B. dorsalis Hendel complex merupakan lalat buah yang bersifat polifag, mempunyai sekitar 26 jenis inang seperti belimbing, jambu biji, tomat, cabai merah, melon, apel, nangka kuning,mangga, dan jambu air. Selain merusak buah-buahan seperti jatuhnya buah muda yang terserang, serangan hama ini juga menyebabkan buah menjadi busuk dan dihinggapi belatung lalat buah juga merupakan vektor bakteri Escherichia coli, penyebab penyakit pada manusia sehingga dapat dijadikan alasan untuk menghambat perdagangan. Kehilangan hasil akibat serangan lalat buah di Indonesia cukup besar. Hal ini disebabkan karena stadia yang merusak adalah larva yang menyerang langsung pada buah tanaman. Pada tanaman cabai kehilangan hasil dapat mencapai 80%. Luas serangan lalat buah diperkirakan 4.700 ha dengan kerugian Rp. 21,99 miliar pada tahun 2002. Dalam menanggulangi hama ini, petani telah melakukan pengendalian secara alami, diantaranya dengan pembungkusan buah, pengurungan tanaman dengan jaring plastik, pengasapan di sekitar pohon dan lainnya. Usaha ini memungkinkan untuk luasan lahan yang relatif sempit, tetapi tidak efisien untuk lahan yang luasnya puluhan hektar. Pengendalian lain yang telah dilakukan adalah pemandulan jantan, kimiawi dan memakai perangkap dengan menggunakan atraktan/penarik. Penggunaan pestisida kimia sering menjadi tumpuan dalam pengendalian lalat buah, namun dirasa kurang bijaksana karena menimbulkan dampak negatif antara lain terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu dicari cara pengendalian yang lebih aman dan akrab lingkungan diantaranya dengan menggunakan pestisida nabati.
a)      Gejala yang ditimbulkan dari serangan lalat buah
Tetapi tentunya di dalam pengendalian hama lalat buah tersebut, petani juga harus paham gejela yang ditimbulkan akibat dari serangan hama tersebut. Gejala  pada buah yang terserang lalat buah biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah kulitnya. Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak. Gejala awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya karena aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Larva makan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak. Apabila dibelah pada daging buah terdapat belatung-belatung kecil dengan ukuran antara 4-10 mm yang biasanya meloncat apabila tersentuh. Kerugian yang disebabkan oleh hama ini mencapai 30-60%. Kerusakan yang ditimbulkan oleh larvanya akan menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai kematangan yang diinginkan.
b)     Siklus hidup lalat buah
Lalu yang penting untuk dipahami lagi adalah siklus hidup dari lalat buah. Karena dalam fase-fase tertentu, pengandalian hama tersebut dilakaukan dengan cara yang berbeda-beda. Dalam siklus hidupnya lalat buah mempunyai 4 stadium hidup yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat buah betina memasukkan telur ke dalam buah  atau di dalam luka atau cacat buah secara berkelompok. Lalat buah betina bertelur sekitar 15 butir. Telur berwarna putih transparan berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing. Larva lalat buah hidup dan berkembang di dalam daging buah selama 6-9 hari. Larva mengorek daging buah sambil mengeluarkan enzim perusak atau pencerna yang berfungsi melunakkan daging buah sehingga mudah diisap dan dicerna. Enzim tersebut diketahui yang mempercepat pembusukan, selain bakteri pembusuk yang mempercepat aktivitas pembusukan buah. Jika aktivitas pembusukan sudah mencapai tahap lanjut, buah akan jatuh ke tanah, bersamaan dengan masaknya buah, larva lalat buah siap memasuki tahap pupa, larva masuk dalam tanah dan menjadi pupa. Siklus hidup dari telur menjadi dewasa berlangsung selama 16 hari. Fase kritis tanaman yaitu pada saat tanaman mulai berbuah terutama pada saat buah menjelang masak. Lalat buah yang mempunyai ukuran tubuh relatif kecil dan siklus hidup yang pendek peka terhadap lingkungan yang kurang baik. Suhu optimal untuk perkembangan lalat buah adalah 260 C, sedangkan kelembaban relatif sekitar 70%. Kelembaban tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan pupa. Kelembaban tanah yang sesuai untuk stadia pupa adalah 0-9%. Cahaya mempunyai pengaruh langsung terhadap perkembangan lalat buah. Lalat buah betina akan meletakkan telur lebih cepat dalam kondisi yang terang, sebaliknya pupa lalat buah tidak akan menetas apabila terkena sinar.

B.     PENGENDALIAN LALAT BUAH

Pengendalian hama dan penyakit di dalam budidaya pertanian tentunya kita harus memeperhatikan faktor lingkungan, kesehatan masyarakat, dan tentunya faktor ekonomi. Karena sebagian besar dari petani kita di dalam pengendalian hama dan penyakit masih banyak yang menggunakan bahan-bahan kimia yang sebenarnya itu berbahaya bagi kesehatan manusia dan sekaligus juga merusak lingkungan, maka dari itu kita perlu melakukan pengendalian hama dan penyakit tersebut yang tentunya dengan bahan-bahan dan cara yang ramah lingkungan, baik bagi kesehatan manusia, dan pastinya dengan biaya yang reatif murah serta mudah dilakukan. Atraktan/perangkap adalah cara yang efektif dan ramah lingkungan untuk pengendalian lalat buah. Dalam pengendalian lalat buah dengan model atraktan adalah menggunakan daun selasih. Daun selasih digunakan untuk pengendalian lalat buah karena memiliki beberapa kandungan yang bisa memikat lalat buah dari aroma yang dikeluarkan. Selasih (Ocimum sp.) merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi antara 80 – 100 cm. Batang berkayu segi empat, berbulu berwarna  kecoklatan. Daun tunggal bulat lancip, tepi bergerigi, panjang daun 4 – 5 cm dan lebar 6 – 30 mm. Bunga berwarna putih atau ungu. Tanaman mudah tumbuh di ladang atau di tempat terbuka lainnya. Tanaman selasih mengandung minyak asiri, saponin, flavanoid, tanin, dan senyawa geranoil, methyl eugenol (ME), linalol serta senyawa lain yang bersifat menguap. Minyak selasih dilaporkan mengandung ME > 65 %. Untuk menarik/mengendalikan lalat buah, selasih dapat dimanfaatkan secara langsung atau disuling dulu untuk mendapatkan minyaknya. Penggunaan secara langsung caranya : 1)  daun selasih 10 – 20 helai dibungkus dengan kain strimin, kemudian diremas-remas, lalu masukkan ke dalam perangkap; 2)  daun selasih dicincang dengan pisau 2 – 3 cm, selanjutnya dibungkus kain strimin dan dimasukkan pada alat perangkap; 3) tanaman selasih digoyang-goyang, lalu lalat buah dijaring setelah kumpul. Penggunaan minyak selasih sebagai penarik lalat buah dilakukan dengan cara meneteskan pada kapas yang digantungkan pada kawat di dalam botol perangkap. Botol perangkap digantung pada tiang setinggi 1 m jika digunakan pada tanaman hortikultura semusim di sawah. Jika pada pohon buah digantung pada cabang ketinggian 2 – 3 m. Pemasangan    perangkap   dimulai   sejak   tanaman berbunga sampai panen. Jumlah perangkap per hektar sekitar 20 buah, dengan jarak pemasangan sekitar 20 m. Setiap satu bulan kapas ditetesi minyak selasih lagi.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN

Penggunaan daun selasih sebagai pengendali lalat buah sangat efektif, ramah lingkungan, baik bagi kesehatan manusia, murah dan mudah untuk dilakukan.

B.     SARAN

Dalam budidaya pertanian khususnya dalam pengelolaan tanaman dan pengendalian hama dan penyakit usahakan dengan menggunakan cara dan bahan-bahan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia dan tidak merusak lingkungan.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

PROBLEMNATIKA REKAYASA BUDIDAYA TANAMAN


MAKALAH KELOMPOK
PRBT
Optimalisasi Pemeliharaan Tanaman Padi Varietas Ciherang
Disusun oleh :
                            
                                  MUHAMMAD AKSAN
                                        20090210023


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2010/2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.   KLARIFIKASI ISTILAH
Berdasarkan skenario yang telah diberikan maka berkiut ini beberapa klarifikasi sebagai berikut :   Luas lahan 0,5 Ha merupakan lahan yang berukuran 5000 m², mempunyai kategori lahan luas.
2.      pH  5, merupakan suatu kondisi derajat keasaman tanah yang menunjukkan tanah di lahan tersebut masam.
3.      Budidaya  konvensional merupakan suatu cara aplikasi budidaya dengan menggunakan  pemupukan dengan sintetik (pupuk kimia), penanggulangan hama dengan pestisida , serta adanya budidaya monokultur .
4.      Syarat tumbuh padi Ciherang :
a.       dapat tumbuh  pada pH 4-7, optimalnya pada pH 6,0-6,7
b.      Jumlah anakannya banyak
c.       Produktivitas tinggi
d.      Dosis pemupukan (kimia anorganik) NPK , 100 kg /Ha
5.      Gangguan pada tanaman padi yakni adanya kondisi daun yang menguning yang kemungkinan bias disebabkan oleh kekurangan unsure hara esensil makro N ataupun karena terserang hama dan penyakit
B.   IDENTIFIKASI MASALAH
Sesuai dengan skenario yang telah diberikan maka masalah-masalah yang telah diidentifikasi sebagai berikut :
a.       Masalah adanya pembibitan secara konvensional yang menyebabkan terjadinya pemadatan tanah karena penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus. Selain itu pemupukan dengan pupuk sintetis kimiawi secara berlebihan dapat menyebabkan pelindian (washing) yang justru mengurangi kadar bahan orgaik tanah atau unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
b.      Masalah yang lain yakni adanya fenomena daun kekuningan pada padi yang mengindikasi adanya defesiensi unsur hara esensil makro, salah satunya yakni unsur N
c.       Tanaman padi mengalami gangguan pertumbuhan tanaman.

 
BAB II
PEMBAHASAN
A.   ANALISIS MASALAH
1.      Sistem budidaya pertanian konvensional  yang  tergantung  pada bahan kimia buatan secara terus menerus
Dalam pembudidayaan konvensional, penggunaan pupuk anorganik (kimia sintetis) sangat berlebih oleh petani, berbagai macam dampak pun  bermunculan, diantaranya, pemadatan tanah yang berimbas pada sifat fisik, kimia dan biologi tanah pada lahan pertanian. Pengaruh hal tersebut terhadap sifat fisik tanah yakni solum tanahnya menjadi dangkal, sifat kimia adalah pH tanahnya menjadi masam karena  zona akar didominasi oleh ion H+ yang menyebabkan Al dan Fe terikat sehingga mengakibatkan racun dalam tanah dan unsur makro maupun mikro hilang, sifat biologis adalah mikroorganisme  yang ada dalam tanah mati, karena pemadatan tanah serta tidak tersedianya O2. 
Selain itu pemadatan tanah juga berdampak pada penyerapan unsur hara dan air. Unsur hara yang diserap tidak efektif karena ikut terbawa air sehingga tanaman kekurangan unsur N yang mengakibatkan warna kekuningan pada tanaman padi
2.      Daun yang berwarna  kekuningan karena kekurangan unsur N
Ketika padi terlihat kekuningan  berarti padi teridentifikasi kekurangan unsur hara esensil makro jenis N. Sebagaimana kita ketahui bahwa  fungsi unsur hara N yakni merangsang  pertumbuhan tanaman secara keseluruhan , khususnya batang , malai, anakan, dan perkembangan buah (biji/bulir padi). Oleh sebab itu jika kekurangan unsur N maka dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan terutama pertumbuhan buah/bulir  yang tidak  sempurna, umumya kecil-kecil dan  cepat matang sebelum waktunya Selain itu kekurangan unsur N dapat mengakibatkan  daun-daun  penuh dengan serat. Hal ini dikarenakan  menebalnya  membran sel  pada daun  sedangkan selnya sendiri berukuran kecil-kecil.

3.      Gangguan pertumbuhan pada tanaman padi
Pertumbuhan padi yang kurang maksimal karena adanya gangguan pertumbuhan padi disebabkan oleh berbagai hal diantaranya; kemungkinaan padi kekurangan unsur esensil makro maupun mikro, selain itu dapat juga terjadi karena gangguan hama dan penyakit. Contoh serangan hama misalnya hama wereng sedangkan serangan penyakit misalnya ; penyakit tungro, padi Thrips (Thrips oryzae), penyakit kerdil, penyakit hawar daun bakteri. Semua jenis gangguan tersebut dapat menghambat keoptimalan pertumbuhan padi Ciherang.
B.   FORMULASI PEMECAHAN MASALAH
1           Solusi permasalahan pada sistem budidaya secara konvensional yakni dengan penggunaan pupuk kandang yang lebih bnayka jumlahnya dari pupuk sintetis yang bertujuna untuk memperbaiki unsur tanah dan menambah unsur hara serta mikroorganisme dalam tanah. Perbandingan yang dianjurkan adalah 3:1., 3 = pupuk kandang dan 1= pupuk sintetis dengan aplikasi pupuk kandang diberikan dahulu. Setelah seminggu di-dekomposisikan baru kemudian ditambah pupuk anorganik
2           Solusi untuk padi yang berwarna kekuningan karena kekurangan unsur  makro N Oleh karena itu perlu adanya penambahan unsur hara N denga mekanisme unsur N didapat dari leguminoceae, Crotalaria juncea. Jenis tanaman ini ini termasuk leguminoceae golongan perdu. Dalam proses pembuatan pupuk hijau tanaman ini harus dibenamkan pada lahan pertanaman  padi yagn masih basah dan berair. Hal ini dilakukan supaya terjadi proses dekomposisi sempurna sehingga N tersedia bagi tanaman padi, jenis pupuk hijau ini dapat memperbaiki keadaan   tanah dan menghambat terjadinya erosi serta mempertinggi produktivitas  tanaman padi dan menghambat pertumbuhan semak-semak yang pengganggu. Pupuk hijau ini mensuplai unsur N , sehingga masalah padi kekuningan karena kekurangan unsure N sedapat  mungkin dapat terselesaikan.
3           Solusi bagi gangguan pada tanaman padi misalnya memperbaiki keadaan tanah, pengairan, pemupukan, kelembaban, suhu dan ketahanan varietas padi yang ditanam. Usaha terpadu yang dapat dilaksanakan mencakup penanaman varietas yang tahan, pembuatan persemaian kering atau tidak terendam air, jarak tanam tidak terlalu rapat, tidak memotong akar dan daun bibit yang akan ditanam, air tidak terlalu tinggi pada waktu tanaman baru ditanam

 

BAB III
PENUTUP

A.   KESIMPULAN
Berdasarkan analisis masalah dan solusi pemecahan masalah maka dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan tanaman padi tidak seharusnya tergantung sepenuhnya pada sistem konvensional tetapi dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk organik yang tidak tergantung dengan pupuk anorganik. Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus dapat mengurangi kualitas tanah/lahan. Sedangkan dalam mengatasi gangguan pertumbuhan pada padi dapat diatasi dengan pemenuhan kebutuhan unsu hara padi  serta pengedalian hama dan penyakit yang terpadu dan solutif.
B.   SARAN
Seharusnya ada penelitian lebih lanjut tentang perawatan padi Ciherang lebih bersifat eksploratif  dan solutif dalam pengembangan padi varietas Ciherang
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS