MAKALAH PENGENDALIAN LALAT BUAT (PENGENDALIAN OPT),STRATEGIS DAN TAKTIS
Posted in |
at
2:00 AM
TUGAS
Pemanfaatan daun selasih (Ocimum sp.) sebagai
atraktan dalam pengendalian lalat buah (Bactrocera
sp) pada tanaman cabe (Capsicum Annum var longum)
OLEH
Muhammad aksan
Prodi.AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2010
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kepada ALLAH SWT karena berkat
hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ Pemanfaatan daun
selasih (Ocimum sp.) sebagai
atraktan dalam pengendalian lalat buah (Bactrocera sp) pada tanaman cabe (Capsicum Annum var longum)”. Kami juga tidak lupa mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung sudah
membantu atas penyusunan makalah ini.
Kami sadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka
dari itu saran dan kritik dari pambaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Yogyakarta, 27 oktober 2010
Kelompok IV
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cabai (Capsicum Annum
var longum) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai
ekonomi yang cukup menjanjikan karena buahnya selain dijadikan sayuran atau
bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani,sebagai bahan
baku industri, memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja serta sebagai
sumber vitamin C. Melihat prospek tanaman cabe yang cukup menjanjikan tersebut
maka tidak heran jika banyak petani yang membudidayakan cabe secara besar-besaran. Hanya saja cabe
mengalami hambatan dalam pembudidayaan khususnya pengendalian hama dalam sistem
pemeliharaan. Hal tersebut dikarenakan ada satu penyakit yang acap kali
menyerang pertanaman tanaman cabe yakni hama lalat buah (Bactrocera sp). Pola serangan
hama tersebut melakukan menyerangan dengan cara menginfeksi buah cabai. Akibat serangan hama ini produksi dan
mutu buah menjadi rendah, bahkan tidak jarang mengakibatkan gagal panen, karena
buah berjatuhan sebelum masak atau buah menjadi rusak saat dipanen sehingga
tidak layak jual atau tidak layak konsumsi.
Dalam pengendalian hama lalat buah tersebut petani biasanya mengandalkan bahan anorganik berupa
pestisida yang justru tidak aman bagi
hasil panen buah cabe yang dihasilkan
karena resiko akumulasi residu pestisida
pada buah cabe itu sendiri. Jika buah tersebut dikonsumsi oleh manusia maka akan
menimbulkan implikasi bagi kesehatan. Kemungkinan residu pestisida akan juga berdampak
pada lahan. Di sisi lain, meskipun membunuh hama tetapi pestisida cenderung
mahal dan tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu diperlukan adanya pemanfaatan
teknologi ramah lingkungan yang relatif lebih ramah lingkungan dan lebih
ekonomis.
B. TUJUAN
Mengandalikan hama (lalat buah) pada tanaman cabe dengan cara yang ramah
lingkungan, sehat, dan biaya murah serta mudah dilakaukan.
BAB II
IDENTIFIKASI dan ANALISIS MASALAH
A. IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam budidaya cabe tentunya tidak semudah yang kita bayangkan. Dalam
pertumbuhannya, tanaman cabe kemungkinan mengalami berbagai hambatan. Tidak
hanya hambatan teknis karena keterbatasan petani tetapi juga serangan hama dan
penyakit yang sering menyerang tanaman
cabe. Salah satu hama yang menyarang tanaman cabe adalah lalat buah (Bactrocera
spp). Adapun masalah
yang cukup signifikan dalam pengendalian hama lalat buah yakni adanya pemakaian
pestisida dalam pemberantasan hama lalat
tidak efektif dan tidak aman secara ekologi dan pertanian berkelanjutan
yang ramah lingkungan. Jadi
lalat buah merupakan masalah serius yang harus diatasi dalam budidaya cabe
dengan cara pengendalian terpadu agar bisa mengoptimalkan produksi cabe yang
ramah lingkungan dan baik untuk kesehatan manusia.
B. ANALISIS MASALAH
Salah satu hama penting tanaman hortikultura yang saat ini menjadi isu
nasional juga menjadi faktor pembatas perdagangan (trade barrier) adalah lalat buah. Komoditas ekspor suatu negara
dapat ditolak oleh negara lain dengan alasan terdapatnya lalat buah. Jenis Lalat Buah yang banyak
terdapat di Indonesia adalah dari genus Bactrocera dan salah satu jenis yang
sangat penting dan ganas adalah Bactrocera dorsalis Hendel complex. B.
dorsalis Hendel complex merupakan lalat buah yang bersifat polifag,
mempunyai sekitar 26 jenis inang seperti belimbing, jambu biji, tomat, cabai
merah, melon, apel, nangka kuning,mangga, dan jambu air. Selain merusak buah-buahan seperti jatuhnya buah
muda yang terserang, serangan hama ini juga menyebabkan buah menjadi busuk dan
dihinggapi belatung lalat buah juga merupakan vektor bakteri Escherichia
coli, penyebab penyakit pada manusia sehingga dapat dijadikan alasan untuk
menghambat perdagangan.
Analisis lebih
lanjut adalah penggunaan pestisida secara
terus-menerus dalam waktu lama maka akan menimbulkan dampak pada ekologi
terkait hubungan tanaman,air,tanah vegetasi dan hama serta lingkungan manusia itu
sendiri. Pemberantasan hama lalat buah dengan pestisida biasanya tidak hanya mengenai buah saja tetapi
akan mengkontaminasi tanah. Pada saat pestisida mengalami akumulasi residu
karena tidak terurai di tanah maka akan menyebabkan degradasi lahan. Degradasi lahan karena
pestisida menyebabkan pemadatan tanah sehingga tanah tidak produktif lagi. Implikasi
lebih lanjut yakni berupa akumulasi residu
pestisida pada buah yang justru berbahaya bagi kesehatan manusia.
BAB III
PEMBAHASAN
A. LALAT BUAH
Jenis Lalat
Buah yang banyak terdapat di Indonesia adalah dari genus Bactrocera dan salah
satu jenis yang sangat penting dan ganas adalah Bactrocera dorsalis Hendel
complex. B. dorsalis Hendel complex merupakan lalat buah yang
bersifat polifag, mempunyai sekitar 26 jenis inang seperti belimbing, jambu
biji, tomat, cabai merah, melon, apel, nangka kuning,mangga, dan jambu air. Selain merusak buah-buahan
seperti jatuhnya buah muda yang terserang, serangan hama ini juga menyebabkan
buah menjadi busuk dan dihinggapi belatung lalat buah juga merupakan vektor
bakteri Escherichia coli, penyebab penyakit pada manusia sehingga
dapat dijadikan alasan untuk menghambat perdagangan. Kehilangan
hasil akibat serangan lalat buah di Indonesia cukup besar. Hal ini disebabkan
karena stadia yang merusak adalah larva yang menyerang langsung pada buah
tanaman. Pada tanaman cabai kehilangan hasil dapat mencapai 80%. Luas serangan
lalat buah diperkirakan 4.700 ha dengan kerugian Rp. 21,99 miliar pada tahun
2002. Dalam menanggulangi hama ini, petani telah melakukan pengendalian secara
alami, diantaranya dengan pembungkusan buah, pengurungan tanaman dengan jaring
plastik, pengasapan di sekitar pohon dan lainnya. Usaha ini memungkinkan untuk
luasan lahan yang relatif sempit, tetapi tidak efisien untuk lahan yang luasnya
puluhan hektar. Pengendalian lain yang telah dilakukan adalah pemandulan
jantan, kimiawi dan memakai perangkap dengan menggunakan atraktan/penarik. Penggunaan pestisida kimia sering menjadi tumpuan dalam pengendalian lalat
buah, namun dirasa kurang bijaksana karena menimbulkan dampak negatif antara
lain terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu
dicari cara pengendalian yang lebih aman dan akrab lingkungan diantaranya
dengan menggunakan pestisida nabati.
a)
Gejala
yang ditimbulkan dari serangan lalat buah
Tetapi tentunya di dalam
pengendalian hama lalat buah tersebut, petani juga harus paham gejela yang
ditimbulkan akibat dari serangan hama tersebut. Gejala pada buah yang terserang
lalat buah biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah
kulitnya. Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak.
Gejala awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak
telur) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya karena
aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Larva
makan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak. Apabila
dibelah pada daging buah terdapat belatung-belatung kecil dengan ukuran antara
4-10 mm yang biasanya meloncat apabila tersentuh. Kerugian yang disebabkan oleh
hama ini mencapai 30-60%. Kerusakan yang ditimbulkan oleh larvanya akan
menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai kematangan yang diinginkan.
b)
Siklus
hidup lalat buah
Lalu yang penting untuk dipahami
lagi adalah siklus hidup dari lalat buah. Karena dalam fase-fase tertentu,
pengandalian hama tersebut dilakaukan dengan cara yang berbeda-beda. Dalam siklus hidupnya lalat buah mempunyai 4 stadium hidup yaitu telur,
larva, pupa dan dewasa. Lalat buah betina memasukkan telur ke dalam buah atau di dalam luka atau cacat buah secara
berkelompok. Lalat buah betina bertelur sekitar 15 butir. Telur berwarna putih
transparan berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing. Larva
lalat buah hidup dan berkembang di dalam daging buah selama 6-9 hari. Larva
mengorek daging buah sambil mengeluarkan enzim perusak atau pencerna yang
berfungsi melunakkan daging buah sehingga mudah diisap dan dicerna. Enzim
tersebut diketahui yang mempercepat pembusukan, selain bakteri pembusuk yang
mempercepat aktivitas pembusukan buah. Jika aktivitas pembusukan sudah mencapai
tahap lanjut, buah akan jatuh ke tanah, bersamaan dengan masaknya buah, larva
lalat buah siap memasuki tahap pupa, larva masuk dalam tanah dan menjadi pupa.
Siklus hidup dari telur menjadi dewasa berlangsung selama 16 hari. Fase kritis
tanaman yaitu pada saat tanaman mulai berbuah terutama pada saat buah menjelang
masak. Lalat buah yang mempunyai ukuran tubuh relatif kecil dan siklus hidup
yang pendek peka terhadap lingkungan yang kurang baik. Suhu optimal untuk
perkembangan lalat buah adalah 260 C, sedangkan kelembaban
relatif sekitar 70%. Kelembaban tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan
pupa. Kelembaban tanah yang sesuai untuk stadia pupa adalah 0-9%. Cahaya
mempunyai pengaruh langsung terhadap perkembangan lalat buah. Lalat buah betina
akan meletakkan telur lebih cepat dalam kondisi yang terang, sebaliknya pupa
lalat buah tidak akan menetas apabila terkena sinar.
B. PENGENDALIAN LALAT BUAH
Pengendalian hama dan penyakit di dalam
budidaya pertanian tentunya kita harus memeperhatikan faktor lingkungan,
kesehatan masyarakat, dan tentunya faktor ekonomi. Karena sebagian besar dari
petani kita di dalam pengendalian hama dan penyakit masih banyak yang
menggunakan bahan-bahan kimia yang sebenarnya itu berbahaya bagi kesehatan
manusia dan sekaligus juga merusak lingkungan, maka dari itu kita perlu
melakukan pengendalian hama dan penyakit tersebut yang tentunya dengan
bahan-bahan dan cara yang ramah lingkungan, baik bagi kesehatan manusia, dan
pastinya dengan biaya yang reatif murah serta mudah dilakukan.
Atraktan/perangkap adalah cara yang efektif dan ramah lingkungan untuk
pengendalian lalat buah. Dalam pengendalian lalat buah dengan model atraktan
adalah menggunakan daun selasih. Daun selasih digunakan untuk pengendalian
lalat buah karena memiliki beberapa kandungan yang bisa memikat lalat buah dari
aroma yang dikeluarkan. Selasih (Ocimum sp.) merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi antara 80
– 100 cm. Batang berkayu segi empat, berbulu berwarna kecoklatan. Daun tunggal bulat lancip, tepi bergerigi, panjang daun 4 – 5
cm dan lebar 6 – 30 mm. Bunga berwarna putih atau ungu. Tanaman mudah tumbuh di
ladang atau di tempat terbuka lainnya. Tanaman selasih mengandung minyak
asiri, saponin, flavanoid, tanin, dan senyawa geranoil, methyl eugenol (ME),
linalol serta senyawa lain yang bersifat menguap. Minyak selasih dilaporkan
mengandung ME > 65 %. Untuk menarik/mengendalikan lalat buah, selasih dapat
dimanfaatkan secara langsung atau disuling dulu untuk mendapatkan minyaknya. Penggunaan secara langsung caranya : 1) daun selasih 10 – 20 helai dibungkus dengan
kain strimin, kemudian diremas-remas, lalu masukkan ke dalam perangkap; 2) daun selasih dicincang dengan pisau 2 – 3 cm,
selanjutnya dibungkus kain strimin dan dimasukkan pada alat perangkap; 3)
tanaman selasih digoyang-goyang, lalu lalat buah dijaring setelah kumpul. Penggunaan
minyak selasih sebagai penarik lalat buah dilakukan dengan cara meneteskan pada
kapas yang digantungkan pada kawat di dalam botol perangkap. Botol perangkap
digantung pada tiang setinggi 1 m jika digunakan pada tanaman hortikultura
semusim di sawah. Jika pada pohon buah digantung pada cabang ketinggian 2 – 3
m. Pemasangan perangkap dimulai
sejak tanaman berbunga sampai
panen. Jumlah perangkap per hektar sekitar 20 buah, dengan jarak pemasangan
sekitar 20 m. Setiap satu bulan kapas ditetesi minyak selasih lagi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Penggunaan daun selasih sebagai pengendali lalat buah sangat efektif,
ramah lingkungan, baik bagi kesehatan manusia, murah dan mudah untuk dilakukan.
B. SARAN
Dalam budidaya pertanian khususnya dalam pengelolaan tanaman dan
pengendalian hama dan penyakit usahakan dengan menggunakan cara dan bahan-bahan
yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia dan tidak merusak lingkungan.
0 Response to "MAKALAH PENGENDALIAN LALAT BUAT (PENGENDALIAN OPT),STRATEGIS DAN TAKTIS"